Saturday, 25 February 2017
Supernova 3 : PETIR by Deelestari
"....kursi itu berguncang hebat pada akhirnya. Ternyata hidup tidak membiarkan satu orang pun lolos untuk cuma jadi penonton. Semua harus mencicipi ombak."
Buku ini adalah buku ke 3 dari seri Supernova karya Dewi Lestari. Setelah buku pertama berfokus pada cerita dimas, reuben, rana, ferre, gio, diva, dan Erwin, sedangkan bukun kedua fokus kepada cerita hidup Bodhi, maka buku ketiga ini fokus kepada sosok Elektra Wijaya.
Elektra Wijaya, gadis unik dan polos. Senang melihat petir sejak kecil (bahkan rela hujan hujanan demi menonton petir), pernah kesetrum listrik dan selamat tanpa cedera, dan juga pernah lolos dari sambaran halilintar. Elektra tinggal bersama ayahnya pemilik "Wijaya Elektronik" dan kakaknya Watti. Ayah Elektra mempunyai sebuah toko elektronik (yaitu rumahnya sendiri). Dirumah Elektra banyak barang barang elektronik yang tidak terpakai. Setelah Ayahnya meninggal, Elektra tinggal sendiri dirumah peninggalan ayahnya yang besar, sedangkan kakaknya Watti ikut suaminya Kang Atam ke Tembagapura. Elektra harus mengurus rumah itu sendiri, memulai hidup sebatang kara dengan keuangan yang seadanya, menghadapi pasang surut dan masalah yangd atang silih berganti seperti tawaran watti yang mengajaknya untuk hidup di tembagapura (padahal ini bentuk sindiran watti ke dia karena belum mendapatkan perkerjaan yang tetap), bukan berarti Elektra tidak mau mencari pekerjaan ya, berbagai macam sudah dia coba, dimulai dengan bisni MLM yang cuma mempunyai dua kaki (yang ikut MLM mungkin ngerti yaa :D), sampai ke rencana menyewakan rumahnya (tapi semua itu tidak berhasil).
Etra atau Elektra harus memulai hidup sebatang kara, kegiatan cuma tidur aja dirumah, makan mie dan telor, tetapi dalam kesendiriannya itu, dia tiba tiba mendapat tawaran menjadi dosen di STIGAN (Sekolah Tinggi Ilmu Gaib Nasional) "nah di bagian ini yang paling menarik, banyak kejadian lucunya, udah kek cerita komedi".
Berawal dari kejadian STIGAN dan akhirnya alur membawanya ke kehidupan Etra yang sebenarnya, dia bertemu dengan Ibu Sati yang menjadi guru spiritual dan melatih kekuatannya. Etra bertemu dengan Beatrice yang sedang membuka warnet dan akhirnya Etra kecanduan untuk main internet, Etra akhirnya menjadi Manusia Milenium. Dimulai dari warnet ini dia mulai berkenalan dengan Kewoy yang pada saat itu bekerja ditempat Beatrice. Dari Kewoylah Etra bertemu dengan Mpret. Atas saran Bu Sati akhirnya Etra membuka Elektra POP dengan bantuan Mpret, Kewoy, dan Mi'un kawannya Mpret.
Dari Elektra Pop inilah perjalan Hidup Elektra mulai berubah, menjadi Elektra yang baru.
.
.
.
Sangat saya sarankan untuk membaca seri ke 3 ini, karena seri ini berbeda dengan seri 1 dan 2. Disini lebih menggunakan bahasa yang umum dan alurnya juga menarik dan banyak kejadian lucunya (kek baca tulisan raditya dika) banyak ketawanya.
Tuesday, 28 June 2016
Supernova 2: akar by deelestari
Supernova 2: akar by deelestari
Carilah, dan kamu
akan mendapatinya. Ketuklah,
maka pintu akan dibukakan bagimu. Mintalah, maka kau akan diberi.
SINOPSIS
Dewi Lestari mewakilkan sebuah upaya pencarian kesejatian
hidup pada seorang tokoh bernama Bodhi. Seorang bayi yang di
suatu pagi tergeletak di pintu
Vihara. Dipungut, diasuh, dan dididik oleh seorang Pandita, Guru Liong. Merasa bahwa karma pada hidup masa lalunya
sangat berat. 18 tahun dididik
dengan ketat, termasuk penguasaan terhadap sebuah ilmu bela diri, Bodhi mengalami penyempurnaan bathin. Pemurnian
spirit. Termasuk sejumlah pengalaman
uniknya yang "merasa" menjadi ulat, tikus got, kucing, dan sapi. 18 tahun adalah waktu yang cukup, dan Bodhi mohon
pamit. Bersama serombongan pendeta
Buddha, Bodhi menyeberang ke Sumatera dan memutuskan menetap di daerah Belawan. Tanpa KTP, tak juga faham mengenai
asal usul dan tanggal kelahirannya. Bekerja tiga bulan, mendapat upah, dan
dibantu oleh Ompu Berlin untuk
mendapatkan sejumlah dokumen identitas termasuk paspor, Bodhi menyeberang ke
Penang. Disana dia bertemu dengan sejumlah backpacker yang kemudian "memberi" arah perjalanan
berikutnya: Bangkok.
Bangkok surga bagi para backpacker. Ratusan pengelana dari mancanegara tumpah di sana. Bodhi tinggal di sebuah rumah penginapan Srinthip bersama sejumlah backpaker multi etnis. Penghuninya datang dan pergi. Masuklah Kell, seorang lelaki tampan, peranakan Irlandia dan Mesir. Lelaki tertampan yang mungkin pernah ada di bumi ini yang mempunyai tugas kehidupan untuk membubuhkan 617 tatto pada 617 orang untuk membuat dirinya menyongsong kemerdekaan paripurna setelah orang ke-617 membubuhkan tato yang ke-618 ke tubuhnya. Lelaki yang kerap menyenandungkan Eye in The Sky-nya Alan Parson Project. Kell kemudian mengajarinya tattoo. Lalu, jadilah Bodhi seorang tattooist dan menjadikan itu sebagai cara untuk mendapatkan uang bagi biaya hidup sehari-hari.
Seorang backpacker perempuan bernama Star, berasal dari Hollywood, peranakan Eropa Timur dan Timur Tengah masuk dan menginap di Srinthip. Perempuan cantik dan tercantik yang pernah dilihat Bodhi. Perawakan tubuhnya sempurna. Waktu berlalu dan mereka berpisah. Entah kenapa.
Bodhi meneruskan pencarian kesejatiannya. Star seolah menggenap kesempurnaan tattoonya dan pergi menyongsong kelana berikut. Keterserakan yang tak menyenangkan. Tapi hidup adalah keping-keping misteri yang baru terbuka setelah rebah sepenuhnya. Bodhi membiarkan semesta menuntun perjalanan selanjutnya. Bertemu dengan lelaki tua pengasuh Bob Marley, yang mengumandangkan reggae seolah cuma itu yang ada di bumi dan kahyangan. Bertemu kembali dengan Tristan, backpacker yang ditemuinya pertama kali di Penang. Mereka berdua bekerja di ladang ganja di Golden Triangle dengan upah USD 700 per minggu. Sekian bulan di sana Bodhi memiliki cukup uang untuk melanjutkan kembara berikutnya. Pulang ke Srinthip didapatinya Kell sudah tak ada. Ah, lelaki yang telah memberinya keceriaan dan sebuah warna baru.
Rasa kangennya memuncak. Diputuskannya untuk pergi mencari Kell. Tak ada petunjuk. Tak ada berita. Dan dia pergi. Suara semesta dan kerinduannya adalah dua buah kompas sejati yang dia percaya akan mengantarkannya tepat waktu tepat arah kepada Kell. Bodhi terdampar di sebuah pertarungan antar manusia ala Golden Triangle ditonton oleh ribuan petaruh. Diadu secara barbar di atas ring melawan gladiator raksasa. Pertarungan dahsyat dengan menggunakan sejumlah jurus wushu yang mendebarkan pun digelar.
Perjalanan itu begitu panjang dan melelahkan. Menembus belukar di antara desingan peluru. Menyusuri daratan ranjau. Disana dia betemu Epona, gadis penakluk ranjau. Disana pula ia bertemu kembali dengan Kell. Lalu, pada sebuah kunjungan ke lokasi ranjau, tattoo ke 618, angka kebebasan paripurna Kell, dirajahkan. Dalam dialog cerdas, konyol, menggelikan, dan bertabur air mata.
Bangkok surga bagi para backpacker. Ratusan pengelana dari mancanegara tumpah di sana. Bodhi tinggal di sebuah rumah penginapan Srinthip bersama sejumlah backpaker multi etnis. Penghuninya datang dan pergi. Masuklah Kell, seorang lelaki tampan, peranakan Irlandia dan Mesir. Lelaki tertampan yang mungkin pernah ada di bumi ini yang mempunyai tugas kehidupan untuk membubuhkan 617 tatto pada 617 orang untuk membuat dirinya menyongsong kemerdekaan paripurna setelah orang ke-617 membubuhkan tato yang ke-618 ke tubuhnya. Lelaki yang kerap menyenandungkan Eye in The Sky-nya Alan Parson Project. Kell kemudian mengajarinya tattoo. Lalu, jadilah Bodhi seorang tattooist dan menjadikan itu sebagai cara untuk mendapatkan uang bagi biaya hidup sehari-hari.
Seorang backpacker perempuan bernama Star, berasal dari Hollywood, peranakan Eropa Timur dan Timur Tengah masuk dan menginap di Srinthip. Perempuan cantik dan tercantik yang pernah dilihat Bodhi. Perawakan tubuhnya sempurna. Waktu berlalu dan mereka berpisah. Entah kenapa.
Bodhi meneruskan pencarian kesejatiannya. Star seolah menggenap kesempurnaan tattoonya dan pergi menyongsong kelana berikut. Keterserakan yang tak menyenangkan. Tapi hidup adalah keping-keping misteri yang baru terbuka setelah rebah sepenuhnya. Bodhi membiarkan semesta menuntun perjalanan selanjutnya. Bertemu dengan lelaki tua pengasuh Bob Marley, yang mengumandangkan reggae seolah cuma itu yang ada di bumi dan kahyangan. Bertemu kembali dengan Tristan, backpacker yang ditemuinya pertama kali di Penang. Mereka berdua bekerja di ladang ganja di Golden Triangle dengan upah USD 700 per minggu. Sekian bulan di sana Bodhi memiliki cukup uang untuk melanjutkan kembara berikutnya. Pulang ke Srinthip didapatinya Kell sudah tak ada. Ah, lelaki yang telah memberinya keceriaan dan sebuah warna baru.
Rasa kangennya memuncak. Diputuskannya untuk pergi mencari Kell. Tak ada petunjuk. Tak ada berita. Dan dia pergi. Suara semesta dan kerinduannya adalah dua buah kompas sejati yang dia percaya akan mengantarkannya tepat waktu tepat arah kepada Kell. Bodhi terdampar di sebuah pertarungan antar manusia ala Golden Triangle ditonton oleh ribuan petaruh. Diadu secara barbar di atas ring melawan gladiator raksasa. Pertarungan dahsyat dengan menggunakan sejumlah jurus wushu yang mendebarkan pun digelar.
Perjalanan itu begitu panjang dan melelahkan. Menembus belukar di antara desingan peluru. Menyusuri daratan ranjau. Disana dia betemu Epona, gadis penakluk ranjau. Disana pula ia bertemu kembali dengan Kell. Lalu, pada sebuah kunjungan ke lokasi ranjau, tattoo ke 618, angka kebebasan paripurna Kell, dirajahkan. Dalam dialog cerdas, konyol, menggelikan, dan bertabur air mata.
Setelah Kell mati, bodhi melanjutkan perjalanannya kembali,
dan pulang kembali ke Indonesia, mengambil abu Guru Liong dan menjadikan
sebagai liontin di kalungnya berdampingan dengan abu dari Kell. Luntang lantung
di Jakarta, akhirnya Bodhi berjumpa dengan Bong, sang Anak Punk, yang merubah
hidup bodhi untuk selama lamanya.
Review
Dewi Lestari, seorang
wanita yang biasanya menuliskan kalimat-kalimat puitis. Sekarang malah menulis Supernova
Akar ini yang seperti novel action. Pada bagian awal terasa sekali dee ingin
membawa pembaca pada alur sebuah buku traveling ala backpacker (yang lagi
ngetrend belakangan ini).
Apakah Dewi lestari
melakukan perjalan itu semua? Karena tidak mungkin jika yang tertulis di sini
berasal dari imajinasi belaka.
Nover Supernova AKAR ini tidak
ada mengandung istilah science seperti di Supernova 1 Kesatria, Putri, dan
Bintang Jatuh, tapi lebih ke travelling Asia dan cerita kehidupan Bodhi.
Tuesday, 10 May 2016
SUPERNOVA 1 : Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh
Mungkin aneh untuk mengakuinya, tapi inilah novel pertama
yang saya baca, apakah saya tidak suka membaca ?? gk juga, saya sangat suka
membaca tapi yah membaca komik “One Piece, Naruto dan Fairytail” yah itu yang
selalu saya baca tanpa ada kata bosan J nah pas pada tahun 2014 saya pergi ke
toko buku yang ada di kota Banda Aceh (tempat saya tinggal sekarang) disitu
timbul rasa penasaran saya tentang judul buku ini “SUPERNOVA” apakah seperti
supernova yang ada di komik One Piece ? itu pertanyaan pertama yang muncul
dalam pikiran saya apalagi ada kata Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, dan
akhirnya pada hari itu saya memutuskan untuk mebeli novel ini.
Anehnya lagi, novel ini berhasil membuat saya jatuh cinta
bahkan sejak saya membuka halaman-halaman pertamanya dan menemukan puisi
ini.
"Engkaulah
getar pertama yang meruntuhkan gerbang tak berujungku mengenal hidup
Engkaulah tetes embun pertama yang menyesatkan dahagaku dalam cinta tak bermuara
Engkaulah matahari firdausku yang menyinari kata pertama di cakrawala aksara
Kau hadir dengan ketiadaaan
Sederhana dalam ketidakmengertian
gerakmu tiada pasti
Namun aku terus disini
Mencintaimu
Entah kenapa"
- Dee
Engkaulah tetes embun pertama yang menyesatkan dahagaku dalam cinta tak bermuara
Engkaulah matahari firdausku yang menyinari kata pertama di cakrawala aksara
Kau hadir dengan ketiadaaan
Sederhana dalam ketidakmengertian
gerakmu tiada pasti
Namun aku terus disini
Mencintaimu
Entah kenapa"
- Dee
Novel ini berkisah tentang Dhimas dan Ruben, pasangan
gay yang bertemu saat kuliah di Amerika. Pertemuan mereka dalam sebuah pesta, berujung
pada ikrar untuk menjadi pasangan dan juga ikrar bahwa sepuluh tahun kemudian
mereka akan membuat sebuah karya yang merupakan gabungan antara science ilmiah
dan sastra. Dan sepuluh tahun kemudian, penulisan karya itu dimulai, dalam
bentuk sebuah novel dengan Ferre (CEO sebuah korporasi multinasional), Rana
(jurnalis sebuah majalah bergengsi), dan Diva (model sekaligus pelacur papan
atas), sebagai tokoh utamanya.
Konflik dimulai saat Rana mewawancarai Ferre untuk artikel
yang akan dimuat di majalah. Tak disangka jika wawancara singkat itu menjadi
awal terjalinnya kisah cinta terlarang di antara mereka berdua. Terlarang
karena ketika itu, Rana sudah menikah dengan Arwin yang sama seperti Rana, juga
berasal dari keluarga aristokrat bangsawan lama.
Tak ada justifikasi salah atau benar dalam kisah
perselingkuhan ini. Arwin bukanlah pria jahat yang pantas untuk dikhianati,
sebaliknya justru, Arwin digambarkan sebagai pria yang baik, soleh, bertanggung
jawab, dengan latar belakang keluarga yang baik dan juga memiliki pekerjaan
yang bisa dibanggakan. Dan seluruh kelebihannya itulah yang menjadi
satu-satunya kesalahan Arwin untuk Rana. Karena dengan menjadi sosok yang
sempurna, tak ada alasan untuk Rana berpaling dari Arwin. Pengkhianatan yang
dilakukan Rana semata-mata karena Rana dan Ferre saling jatuh cinta, titik. Dan
bisakah orang memilih pada siapa ia jatuh cinta?.
Sayangnya, tak seperti kisah perselingkuhan lain yang
mungkin hanya karena nafsu sesaat, cinta lokasi atau pelarian dari rumah tangga
yang bermasalah, cintanya Rana dan Arwin adalah cinta dalam artian sebenarnya
cinta. Rana melihat sosok Ferre sebagai seseorang yang mampu membangkitkan
semangat dalam hidupnya yang membosankan. Pun demikian Ferre, ia melihat Rana
sebagai sosok Puteri, yang selalu menjadi perwujudan obsesi dari dongeng masa
kecilnya.
Ksatria jatuh cinta pada Puteri bungsu dari Kerajaan
Bidadari. Sang Puteri naik ke langit. Ksatria kebingungan. Ksatria pintar naik
kuda dan bermain pedang, tapi tidak tahu caranya terbang. Ksatria keluar dari
kastil untuk belajar terbang pada kupu-kupu. Tetapi kupu-kupu hanya bisa
menempatkannya di pucuk pohon. Ksatria lalu belajar pada burung gereja. Burung
gereja hanya mampu mengajarinya sampai ke atas menara. Ksatria kemudian berguru
pada burung elang. Burung elang hanya mampu membawanya ke puncak gunung. Tak
ada unggas bersayap yang mampu terbang lebih tinggi lagi. Ksatria sedih, tapi
tak putus asa. Ksatria memohon pada angin. Angin mengajarinya berkeliling
mengitari bumi, lebih tinggi dari gunung dan awan. Namun Sang Puteri masih jauh
di awang-awang, dan tak ada angin yang mampu menusuk langit. Ksatria sedih dan
kali ini ia putus asa. Sampai satu malam ada Bintang Jatuh yang berhenti
mendengar tangis dukanya. Ia menawari Ksatria untuk memapu melesat secepat
cahaya. Melesat lebih cepat dari kilat dan setinggi sejuta langit dijadikan
satu. Namun kalau Ksatria tak mampu mendarat tepat di Puterinya, maka ia akan
mati. Hancur dalam kecepatan yang membahayakan, menjadi serbuk yang membedaki
langit, dan tamat. Ksatria setuju. Ia relakan seluruh kepercayaannya pada Bintang
Jatuh menjadi sebuah nyawa. Dan ia relakan nyawa itu bergantung hanya pada
serpih detik yang mematikan. Bintang Jatuh menggenggam tangannya.
“Inilah perjalanan sebuah Cinta Sejati,” ia berbisik,
“tutuplah matamu, Ksatria. Katakan untuk berhenti begitu
hatimu merasakan keberadaannya.”
Melesatlah mereka berdua. Dingin yang tak terhingga serasa
merobek hati ksatria mungil,
tapi hangat jiwanya diterangi rasa cinta. Dan ia merasakannya…
tapi hangat jiwanya diterangi rasa cinta. Dan ia merasakannya…
“Berhenti!”
Bintang Jatuh melongok ke bawah, dan ia pun melihat sesosok
puteri cantik yang kesepian. Bersinar bagaikan Orion di tengah kelamnya
galaksi. Ia pun jatuh hati. Dilepaskannya genggaman itu. Sewujud nyawa yang
terbentuk atas cinta dan percaya. Ksatria melesat menuju kehancuran. Sementara
Sang Bintang mendarat turun untuk dapatkan Sang Puteri. Ksatria yang malang. Sebagai
balasannya, di langit kutub dilukiskan Aurora. Untuk mengenang kehalusan dan
ketulusan hati Ksatria.
Sayang, Puteri yang
selalu didambakannya ini sekarang adalah isteri orang lain. Tapi status
kekasihnya ini membuat Ferre berpikir lebih dalam tentang cinta dan hubungan
mereka. Tentang arti komitmen dalam pernikahan, tentang cinta yang
"katanya" tak harus memiliki, tentang konsep cinta yang
"katanya" seharusnya membebaskan. Dan untuk Ferre dan Rana, semua itu
hanya konsep yang utopis karena mereka sendiri tak bisa mengingkari, cinta yang
mereka punya menuntut sebuah kebersamaan, yang sangatlah tak mungkin dengan
Arwin yang sudah lebih dahulu hadir dalam hidup Rana.
Dalam kebimbangannya,
dari seorang teman Rana mendapat saran untuk mengkonsultasikan masalahnya
dengan Supernova, Cyber Avatar yang bersedia menjawab semua permasalahan dan
pertanyaan yang diajukan orang-orang. Tak ada yang tahu bahwa sosok Supernova
di dunia maya ini sebenarnya adalah Diva di dunia nyata, tetangga depan rumah
Ferre, yang adalah seorang model sekaligus pelacur papan atas, tetapi dengan
kemampuan akademis melampaui bahkan para pakar di bidangnya.
Tanya jawab yang
dilakukannya dengan Supernova, membawa Rana pada pertanyaan yang sebenarnya:
pertanyaan untuk mengenal dirinya sendiri. Tapi ia masih juga belum menemukan
jawaban, apa yang harus ia lakukan, kabur dengan Ferre dan meninggalkan Arwin,
atau terus bertahan dengan Arwin sementara dalam hati ia menyadari cintanya
pada Ferre sudah semakin pekat saja.
Tak kuat menahan
beban pikiran, akhirnya Rana masuk rumah sakit. Lemah jantung yang dideritanya
sejak kecil menunjukkan keberadaannya lagi di tubuh ringkihnya. Dan momen saat
kemudian Ferre menjenguk Rana di rumah sakit ternyata menjadi titik balik
semuanya. Tanpa sengaja Arwin yang sudah tahu perselingkuhan istrinya menangkap
pandangan mata Rana dan Ferre. Dan tiba-tiba ia menyadari, bahwa ia melihat
cinta yang begitu besar di mata keduanya. Alih-alih marah dan cemburu, Arwin
malah merasa ia telah menjadi penghalang untuk kebahagiaan keduanya. Dan
akhirnya Arwin memutuskan setelah Rana keluar dari rumah sakit, ia akan
menyerahkan Rana pada Ferre. Momen yang sebenarnya pas, karena disaat yang sama
Rana pun sudah memutuskan bahwa sepulang dari rumah sakit ia akan meninggalkan
Arwin demi Ferre.
Ferre sudah begitu
bahagia, senang karena akhirnya ia akan bersatu dengan sang Puteri, tak pernah
ia sangka bahwa yang terjadi justru kebalikannya. Malam itu, Arwin menghampiri
Rana. Malam itu, Arwin menyatakan bahwa ia sudah tahu semuanya, tentang Rana
dan Ferre. Tak seperti yang selalu dibayangkan Rana, Arwin dengan mata merah
dan kalap, dengan senjata di tangan, siap untuk mengejar dan membunuh Ferre di
kediamannya. Sebaliknya, Arwin malah tampak begitu pasrah dan tenang, memeluk
Rana dari belakang, sambil menyatakan bahwa ia sedemikian mencintai Rana,
saking cintanya sampai ia tak ingin lagi menyiksa Rana dengan memaksakan
kebersamaan yang semu.
"Istriku atau
bukan, kamu tetaplah Rana yang kupuja. Dan perasaan ini cukup besar untukku
berjalan sendiri tanpa perlu kamu ada".
Dan terkesiaplah
Rana, menyadari bahwa cinta yang membebaskan itu ternyata Arwin yang punya,
bukan miliknya bukan pula kekasihnya. Seketika itu pula Rana membalik badannya
memeluk Arwin dengan pelukan orang yang kembali selepas akan beranjak
pergi.
Dan Ferre, akhirnya
jatuh sedalam-dalamnya setelah membaca surat perpisahan dari Rana, patah hati sampai
memutuskan bunuh diri dengan bermain rolet Rusia menggunakan satu peluru di
pistolnya. Ia tinggal menarik pelatuk sebelum semuanya tamat. Dan dimulailah
kilasan-kilasan hidupnya. Tentang ayahnya yang kabur dengan wanita lain hingga
ibunya bunuh diri, tentang kakek dan nenek yang selalu ingin ia berdoa, dan
satu ledakan, yang membuat ia tersadar bahwa hidupnya akan terus berlanjut, dan
perasaannya untuk Rana sudah mengkristal dan akan selalu ia simpan.
Diantara Kisah Rana
dan Ferre, terjadi juga konflik dalam kehidupan nyata seorang Diva, pelacur
high class yang hanya menerima bayaran dengan dolar. Diva sebenarnya adalah
seorang yang cerdas dan berwawasan luas, terbukti dikisah ini dia berdialog
dengan pelanggan pelangganya yang dari aparat pemerintah dan ada juga yang menjadi
salah satu dosen terkenal di sebuah perguruan tingga ternama di negeri ini.
Dibalik profesinya sebagai seorang pelacur high class, diva juga menjadi
seorang Cyber avatar “Supernova” yang menjadi tempat konsultasi bagi semua
orang yang aktif didunia maya. Dalam serial supernova ini, Diva mengambil peran
yang sangat penting, dia berperan sebagai sang Bintang Jatuh yang menjadi musuh
Ksatria dalam serial novel khayalan Ferre.
Dalam kisah si Diva
sang pelacur high class, ada muncul nama seorang Gio yang menjadi salah satu
orang yang istimewa dalam hidup Diva, Karena sampai saat ini hanya Gio seorang
yang dikasih izin masuk sampai ke ruang tamu rumahnya Diva dan mencium lansung
dibibir Diva.
Gio adalah seorang
petualang sejati, Indonesia adalah negara tempat dia lahir tapi bukan negara
tempat dia tinggal, di keliling Benua Amerika, menjalajah hutan Amazon dan
mendaki berbagai macam gunug disana, kalua mau dibuat perbandingan hari, Gio
hanya menumang transit sebentar di Indonesia sambilan menunggu pesawatnya
terbang kembali dan menjalajah dunia ini. Soal finansial, Gio serba mencukupi,
Ayahnya seorang pengusah sukses keturunan Brazil dan ibunya seorang ibu rumah
tangga keturunan Thionghoa.
Awal mula perjumpaan
Gio dengan Diva juga terbilang unik, Gio yang mencoba pengalaman barunya dan
tertarik untuk menyewa seorang yang Highclass seperti Diva yang hanya menerima
bayaran dengan Dollar. Dan begitulah, berawal dari coba coba dan akhirnya jadi
Jatuh Cinta. Gio jatuh cinta pada Diva yang bagaikan bintang di khayangan.
Diva seorang cyber
avatar “sang SUPERNOVA” yang tetangga dekat Ferre. Pada suatu hari melihat keanehan dirumah Ferre, mobil
Ferre tidak keluar dari tempatnya, rumah tertutup bagaikan tak ada orang, itu
merupakan suatu keanehan bagi Diva
karena tidak seperti biasanya. Biasanya Ferre sudah berada ditempat kerjanya kalau
jam segitu.
Diva akhirnya
tau kalau Ferre lagi jatuh ke dasar
dasarnya, dan disitulah awal mula kedekatan Ferre dengan sang Supernova ini.
Ferre yang bangun dari kejatuhannya mulai mebuka lembaran baru deng sang
Bintang Jatuh. Berawal dari kedekatan saling mengisi waktu luang ditaman bunga
dirumah Diva, hingga terjadi suatu peristiwa di malam itu yang mengungkap
identitas Diva yang sebenarnya sebagai sang SUPERNOVA.
Diva yang pada
awalnya sudah berenca untuk meneruskan tongkat estafet SUPERNOVA kepada Ferre
dan dia akan pergi travelling ke benua Amerika dan menjelajah Hutan Amazon.
.
.
.
Jujur, tak mudah
untuk saya membuat sinopsis dari novel ini. Karena memang novel ini adalah
novel yang sangat kaya, konflik yang terjalin, teori-teori sains yang ikut
menjadi bagian dari cerita, penokohan dan konsep cerita di dalam cerita,
membuat novel ini bisa dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Bukan
sekedar cerita picisan tentang perselingkuhan, tapi ada pencarian makna oleh
tokoh-tokoh didalamnya. Tentang hakikat manusia, tentang hidup, tentang
persahabatan, dan tentang cinta yang sering salah diinterpretasikan. Didukung
oleh pilihan diksi yang kuat dan puisi-puisi yang indah, maka pantaslah jika
novel ini memenangkan banyak penghargaan dan menjadi best seller.
Di akhir cerita,
Dhimas dan Ruben yang menyusun cerita tentang Ferre, Rana, dan Diva akhirnya
menyadari bahwa mereka berdua sama dengan tokoh cerita yang mereka susun, ada
dalam molekul pikiran seorang pengarang yang lain. “Sebenarnya siapa yang
menulis Siapa ?” itulah kalimat pertanyaan yang muncul dari Dhimas dan Reuben
pada akhir cerita novel ini. J
Monday, 29 February 2016
Semoga Negeri Ini Segera Siuman dari Tidur Panjangnya
Tujuh puluh
tahun lamanya negeri ini telah merdeka. Sekarang kita bisa saksikan
bendera merah putih dapat berkibar dengan gagah di langit biru. Tak ada gemuruh
suara tembak-menembak yang kita dengar tiap hari. Tak ada suara meriam atau
bunyi bom-bom yang meledak menakutkan diri. Setiap hari justru kita disambut
dengan siaran televisi. Disambut dengan berbagai berita pagi, yang ditemani dengan suguhan segelas kopi dan roti. Enak memang,
namun ternyata saat kita menyadari tentang apa yang diberitakan di televisi.
Niscaya kita sering kali harus bersedih hati. Sedih dan gundah, kenapa
negeri kita jadi seperti ini?
Kita semua
mungkin sudah menyadari, memang ada yang tidak beres di negeri ini. Banyak
hal-hal yang bikin kita muak sendiri. Korupsi yang masih saja mempromosikan
aktor-aktor baru. Seolah tak ada habisnya tikus-tikus tak tahu malu itu
menguras kekayaan negeri ini. Kita pun bisa melihat para petinggi negeri ini
sedang petak umpet dalam pemerintahan. Saling sembunyi dari berbagai kekisruhan
yang ada. Belum lagi para pejabat yang berdebat penuh semangat, meributkkan
etika dan kehormatan. Namun seperti debat dengan penuh drama dan kepalsuan.
Hingga kita pun jadi penonton yang kebingungan, sambil pengen lempar sandal di
muka-muka yang penuh kedustaan itu. Ada pula yang lagi marak tentang
gemerlapnya dunia prostitusi. Kita semua disuguhkan betapa murahnya harga diri
untuk dibeli dengan materi. Entah itu fakta atau sebuah fiksi dunia televisi,
namun kita jadi menyadari betapa bobroknya moral yang sedang menggerogoti
budaya negeri ini.
Rasanya kok
negeri kita semakin amburadul saja. Apa-apa seolah jadi susah, ah cari kerja
susah, ah usaha susah, ah kita jadi banyak ah. Kesenjangan ada dimana-mana.
Disaat banyak pengemis menyodorkan kaleng meminta-minta, disisi lain banyak
pejabat laknat yang menyelipkan proposal rekayasa atau bohong belaka hanya
untuk membuncitkan perutnya dengan limpahan rupiah. Kriminalitas terjadi begitu
maraknya, begal dan rampok seolah mendapat penghargaan tentang keeksisannya.
Dunia pendidikan yang tebongkar banyak kebusukan tentang para penjual dan
pembeli ijazah. Dengan mudahnya banyak orang memakai toga wisuda, tanpa
mengerti satu tambah satu sama dengan dua. Kita tentu sangat berharap,
"Semoga negeri ini segera siuman dari
tidur panjangnya."
Kita semua yang peduli dengan negeri
ini pastilah menginginkan adanya perubahan yang segera terjadi. Dimulai dari
pemilu tahun lalu yang sebenarnya sangat kita harapkan untuk bisa menjadi batu
loncatan untuk perbaikan negeri. Kita begitu antusias untuk memilih para
pemimpin negeri. Namun faktanya, memang perubahan itu tak bisa terjadi seketika
dengan cepatnya. Kita menyadari bahwa perubahan tidak bisa dipasrahkan kepada
para pemimpin semata. Semua itu tidak bisa dibebankan kepada mereka yang duduk
di bangku pemerintahan sana. Apalagi sekarang saat kita melihat drama politik
yang seolah semakin meudarkan rasa percaya kepada mereka. Hingga kadang rasa
pesimis kepada para pemimpin itu muncul di benak kita. Namun kita harus
meyakini, diantara mereka juga masih banyak orang baik yang sangat peduli
dengan negeri ini.
Sekarang, tentu kita sudah capek
dengan namanya berdemonstrasi meminta perubahan. Berteriak kesana-kemari seolah
tak pernah dapatkan jawaban. Suara jeritan hati masyaralat yang ingin negerinya
segera pulih dari segala kekacauan. Namun apalah daya bagi kita, apa yang kita
tuntut dari para pemimpin seolah tak punya power untuk dilaksanakan. Mungkin lebih
tepatnya kita tidak sedang menuntut mereka, namun kita berharap kepada mereka.
Karena kita memang rakyat biasa, walau yang sebenarnya justru adalah penguasa
negeri demokrasi ini. Sehingga kita perlu memahami, untuk bisa menjadikan
negeri ini berubah. Kita tak perlu banyak menunggu para pemimpin negeri ini
berubah, mungkinlah jalan yang paling mudah yang bisa kita lakukan adalah
dengan mulai mengubah diri sendiri. Kita mulai dari diri kita sendiri. Walau
kita hanya seorang individu, namun sebenarnya negeri ini adalah kumpulan dari
para individu. Individu yang telah membentuk populasi lebih dari dua ratus lima
puluh juta jiwa, dengan nama Indonesia.
Jika kita tak ingin melihat korupsi
di negeri ini terus berkembang, kita bisa budayakan anti korupsi dari kehidupan
diri kita masing-masing. Tak ada suap-menyuap dalam tindakan sehari-hari kita,
tak mengambil hak orang lain yang bukan hak kita. Karena sebenarnya sebagian
dari kita masih saja mentolelir tindakan korupsi yang kecil. Walaupun hanya
mengambil selembar uang ribuan, itu juga bagian dari korupsi yang dibiarkan
terpelihara di negeri ini.
“Jika kita
berteriak ingin negeri ini segera berubah, kenapa kita masih saja bangun kesiangan?”
Kita mungkin terlalu menuntut orang
lain untuk serba cepat, namun justru kita sendiri yang pemalas. Lalu bagaimana
kalau jutaan orang Indonesia juga malas seperti kita. Tentu negeri ini sulit
berubah dan semakin ditinggal oleh negeri tetangga.
“Jika kita
ingin para pemimpin bekerja keras, kenapa kita justru sering mengeluh terhadap
pekerjaan kita sendiri?”
Siswa-siswa SMA yang malas
mendengarkan gurunya. Para mahasiswa yang sering mengeluh karena banyaknya
tugas. Para guru dan dosen yang ala kadarnya mengajar putra didiknya. Para
pekerja yang setengah-setengah dalam bekerja ketika tak ada bosnya. Hingga
akhirnya apakah kita pantas berteriak kepada para pejabat,
“Kerja yang bener dong, jangan minta
naik gaji doang!!!”
Ya kita semua sudah muak dengan para
pejabat yang dikit-dikit minta kenaikkan gaji. Padahal di berbagai penjuru
negeri ini, masih banyak sekali rakyat yang kesulitan untuk makan setiap hari.
Kita masih saja meributkan banyaknya gaji yang kita peroleh, padahal ada
puluhan ribu guru di negeri ini yang hanya di bayar sukarela.
Bagi negeri ini kita memang hanya
seseorang, mungkin hanya dikenal di lingkungan masing-masing. Tetapi tak ada
salahnya jika kita berbuat baik untuk negeri ini dimulai dari kita sendiri.
Kita mungkin tak bisa sumbangkan uang miliyaran untuk pembangunan. Namun
sedikit saja kita lakukan yang terbaik dalam pekerjaan dan status kita, niscaya
kita tak memberi kerugian pada negeri ini. Kita telah memberikan sumbangan
kecil kebaikkan untuk negeri ini, walau hanya 0,00000000001 % saja. Jika itu
dilakukan oleh banyak orang, niscaya terkumpul puluhan persen untuk kebaikkan
negeri ini. Mungkin kita tak bisa mengajak semua orang untuk berbuat baik
kepada negeri ini, namun setidaknya saat kita sudah melakukan hal baik dalam
pekerjaan atau apapun status kita. Kita telah memastikan masih ada orang yang
peduli terhadap negeri ini, yaitu kita sendiri. Maka pertanyaannya,
“Apa yang akan
segera kau rubah dari dirimu, untuk perubahan negeri ini?”
sumber : http://www.hipwee.com/opini/jika-kau-ingin-negeri-ini-segera-berubah-mulailah-dengan-mengubah-diri-sendiri/
Friday, 24 July 2015
"Kamu Terlalu BAIK Buat Aku"
Pernahkah Anda dikenai ucapan seperti itu? Yang kemudian
membuat Anda bertanya-tanya, kalau memang Anda baik kenapa gebetan Anda justru
menolak cinta Anda, yang mana penolakannya mungkin disertai ucapan “aku enggak layak buat kamu”, atau “kamu pantas mendapatkan pasangan yang lebih baik dari aku”? Apa sebenarnya arti dari kata “baik” di konteks penolakan yang
menyakitkan ini?
“Baik” dalam hal ini bermakna konotatif, yang artinya adalah: penjilat, koruptif, gampangan,
dan suka mencampuri urusan orang lain. Anda kaget dan nggak terima?
Berikut ini saya jabarkan secara umum apa saja yang biasanya pria “baik”
lakukan.
Saat masa PDKT, sering kali pria “baik” berusaha untuk satu pemikiran dengan gebetannya, meskipun untuk hal yang sebenarnya nggak disetujui. Misalnya, Anda nggak suka orang
yang nggak tepat waktu, apapun alasannya. Tapi ketika gebetan Anda datang
terlambat, Anda merasa alasan yang dia bilang adalah sesuatu yang wajar.
Bahkan, Anda mungkin mencoba membela dia dari orang lain yang menegurnya.
Contoh
lain, menurut Anda menonton sinetron adalah kegiatan yang nggak ada manfaatnya.
Tapi ketika Anda tahu gebetan Anda pecinta sinetron, Anda ikut-ikutan rajin
menonton dan berpendapat bahwa nggak salahnya menonton sinetron. Singkatnya,
Anda melanggar pendapat yang Anda pegang sendiri demi menciptakan kesan bahwa
Anda dan gebetan satu pemikiran. Dengan kata lain, Anda seorang penjilat.
Anda mungkin juga berpikir bahwa dengan mentraktir dia
ini-itu, membelikan dia boneka, tas, dan sebagainya, bisa membuat dia tertarik
pada Anda. Nggak cukup sampai disitu, Anda bahkan memberi sedekah pada pengemis
atau meminjamkan uang Anda pada teman yang sedang kesulitan uang. Mungkin
maksud Anda melakukan semua itu adalah untuk membuktikan pada gebetan bahwa
Anda adalah orang yang nggak kesulitan secara finansial. Namun di sisi lain,
Anda juga sedang menunjukkan bahwa Anda
berharap bisa membeli cinta gebetan dengan uang, dan selain itu Anda sesungguhnya
nggak punya apa-apa. Jika demikian, Anda orang yang koruptif.
Gebetan Anda mungkin juga beberapa kali meminta Anda untuk
melakukan antar-jemput, menemani berbelanja selama berjam-jam, mendengarkan
curhatannya panjang lebar, dll. Dan karena Anda orang “baik”, Anda memenuhi
semua permintaannya tanpa syarat. Tapi tahukah Anda, bahwa dengan melakukan
“kebaikan” ini Anda sedang menunjukkan diri Anda yang gampangan dan murahan karena Anda bersedia meluangkan
waktu, pikiran, dan tenaga tanpa imbalan untuk seseorang yang belum memberikan
kepastian. Mungkin Anda berharap gebetan Anda membalas “kebaikan” ini dengan
cintanya. Tapi apakah Anda pikir dia akan memberikan hatinya yang spesial
kepada Anda sebagai imbalan atas “kebaikan” yang juga bisa dilakukan oleh
ribuan pria lain?
Dan sudah berapa kali Anda berusaha untuk menjadi pahlawan bagi gebetan Anda? Ketika dia sedang punya masalah
dengan temannya, Anda berusaha untuk menjadi penengah. Ketika Anda membaca
update status di media sosialnya yang mengatakan bahwa dia sedang kelaparan dan
malas keluar karena hujan, saat itu juga Anda pergi membeli makanan dan
mengantarnya kerumahnya. Atau ketika Anda mendengar kabar bahwa dia baru saja
kecurian barang berharga, Anda langsung menghubungi dia untuk memastikan
keadaannya dan menghibur dia. Dengan kata lain, Anda melakukan sesuatu di luar urusan Anda. Anda suka terlibat dalam urusan
gebetan Anda meskipun bukan kewajiban dan tanggung jawab Anda apabila dia
terlibat masalah, kelaparan, dan menjadi korban pencurian.
Mungkin Anda bisa mengelak dengan mengatakan bahwa semua
“kebaikan” itu Anda lakukan secara sukarela dan tulus apa adanya. Tapi coba
renungkan pertanyaan ini: seandainya Anda tahu ending–nya bahwa Anda akan ditolak, apakah Anda tetap akan berbuat “baik” pada gebetanAnda?
Thursday, 5 March 2015
Hindari zona FRIENDZONE Broo !!!
Bro, hari
gini masih terjebak friendzone? Duh, sedihnya….
Dekat sih
sama dia, tapi dianggap teman saja. Dihubungi sih sama dia, tapi malah numpang
curhat sama kamu. Intens perhatian sama dia, tapi nggak kena ke hatinya.
Yaelah, bro….
Bagi
wanita, friendzone ini adalah wilayah aman di mana dia bisa berhubungan sama
kamu, menghabiskan waktu sama kamu, atau mungkin jalan sama kamu, tanpa ada
hubungan dan perasaan apapun di antara kalian.
Ada tips penting nih yang bisa
membantu kalian menghindari friendzone, tentunya nggak pake cara melas atau
ngenes! Biar cinta kalian sampai ke gebetan tanpa harus terperangkap “zona
nyaman” cewek.
Bersikap Seperti “Lelaki”
Mau ngajak main gebetan? Jangan
ragu-ragu dan jangan tanya gebetan untuk menentukan tempatnya. Saatnya kamu
yang memimpin! Ajak dia ke tempat yang kamu inginkan dan beri tahu alasannya.
Seperti, “Ada festival music nih, tonton yuk!”, atau “Weekend ada acara? Ke
tempat ini yuk!”.
Jangan
tunggu lama-lama respon darinya. Karena, wanita yang suka padamu nggak akan
berpikir panjang untuk menyetujui ajakanmu. Jadi, kalau nggak merespon, alihkan
pembicaraan ke topik lain.
Keluar dari Comfortzone
Contoh
sederhana dari comfortzone adalah ketika ingin bermain bersamanya dan
teman-temannya pun ikut. Usahakan agar gebetan nggak membawa sahabatnya saat
bermain bersamamu, agar dia tahu kalau kamu hanya ingin berdua saja. Tapi, jika
memang terpaksa harus bersama teman-teman, mengobrolah bersamanya saat dia
sedang sendiri.
Tunjukkan bukti-bukti kalau kamu memang hanya ingin berdua saja
dengannya. Biarkan wanita menebak maksud dari tindakanmu itu.
Jangan Bersikap
Sebagai Teman
Daripada
mendengarkan curhatnya terus menerus atau bertindak sebagai layaknya teman,
coba bahas hal lain seperti film kesukaan atau rencana menghabiskan liburan
nanti. Sebab, pria sendirilah yang nggak sadar kalau sudah masuk
Friendzone karena salah bertindak.
Treat Her Like A
Girlfriend
Perhatian
yang lebih? Nggak, bukan seperti itu, bro. Yang dimaksud adalah sikapmu yang
memperlakukannya bak pacar kamu sendiri. Contohnya, bertanya kabar sepulang kuliah, memuji penampilannya, atau menggenggam tangannya saat sedang jalan.
Tapi ingat ya, jangan berlebihan. Cukup sewajarnya, tapi bermakna
di hatinya!
Membuatnya Merasa
Istimewa
Saat PDKT,
kita boleh memberikan sesuatu padanya. Tapi, pria mainstream akan ngasih boneka, bunga atau coklat, atau hadiah lain yang membuatnya merasa senang tapi nggak nangkap
maksud PDKT-mu.
Berikanlah
sesuatu secara personal, nggak perlu mahal dan nggak perlu sering-sering. Cari
tahu barang yang dia butuhkan atau dia pakai sehari-hari. Kamu harus kreatif
namun hati-hati. Ingat, jangan lakukan cara pria mainstream yang disebutkan. Karena, salah-salah dia malah
nggak menangkap maksud hatimu. Semua akan jadi sia-sia.
Jangan sampai
terjebak friendzone, ya bro! Satu lagi, jika memang gebetan nggak nangkap maksud hatimu atau dia memang
nggak suka denganmu, jangan dilanjutkan lagi PDKT-nya, Ok?
Thursday, 27 November 2014
MAMA
Halo Ma,
Apa kabar?
Ah, rasanya ganjil sekali melontarkan itu. Kita satu
rumah, namun jarang kutanyakan kabarmu. Anak macam apa aku ini.
Makanan yang kau sediakan di atas meja tak lantas membuatku peduli
kabarmu setiap hari. Maaf ya, Ma.
Ma,
Mungkin kita jarang berbicara. Saat membuka mulut pun ketika
aku perlu dengan dirimu saja, yang berakhir dengan adu argumen. Rasanya susah
sekali menahan diri. Apapun yang ada di kepala, aku lontarkan semua. Begitu
terucapkan, aku hanya bisa menyesal.
Mama mungkin sudah biasa. Menghadapi ego dan kesoktahuan
anaknya. Dari dulu, pikirmu. Tidak apa-apa. Engkau
tersenyum, dan tersenyum saja.
Mamaku yang cantik,
Apa aku boleh bertanya? Bagaimana bentukku saat aku keluar
dari rahimmu? Aku penasaran, Ma. Hanya bisa kubayangkan sakitnya. Dari situ
pikiranku melanglang: ketika 9 bulan membawaku, hal-hal ganjil
apa saja yang kulakukan terhadapmu? Bagaimana perasaanmu ketika
tahu rasa sakitmu sebagai ibu tak hanya kau derita saat melahirkan
saja? Dari situ aku bisa mengerti, betapa sabar dirimu selama ini.
Tapi harus kuakui. Kadang memang aku heran pada sikapmu. Mama
pernah marah-marah ketika aku main ke luar rumah sampai jam 12 malam. Mama
sibuk meneleponku untuk pulang.
Aku tahu Mama takut terjadi apa-apa denganku di jalan.
Tapi tenanglah, Ma. Aku pasti bisa menjaga diri. Bukankah Mama sendiri
yang mengajarkan aku untuk berani? Mungkin memang sulit Mama percayai, tapi aku
sekarang sudah besar. Sudah tahu bagaimana melindungi diriku sendiri di
jalan. Mama ingat pernah menasihati supaya aku pandai berteman? Nah,
kini aku punya teman-teman yang bisa kuandalkan ketika aku pulang terlalu
malam.
Ma, sebenarnya ada banyak hal yang ingin kusampaikan. Tapi
aku terlalu malu untuk mengatakannya langsung. Aku takut melihatmu menangis.
Aku tidak tahan melihat air matamu keluar. Apalagi ketika aku harus pergi
ke tempat yang jauh dari rumah.
Saat aku hendak berkelana sementara, Mama membuktikan
perhatian dengan mempersiapkan barang bawaan untukku.
Sayangnya, terkadang aku sendiri bingung barang-barang itu harus aku
apakan.
“Ini mama siapin selimut. Bawa
ya!”
“Aduh, ntar beli aja di sana.
Berat tauk ma!”
Aku masih ingat itu. Aku menolak barang-barang yang sudah kau
siapkan untukku. Hanya ketika mau berangkat, aku mengangkutnya ke bagasi.
Dengan berat hati.
Namun saat jauh, aku rindu padamu. Ah…Untunglah ada
barang-barang ini. Kupeluk saja selimut yang Mama siapkan. Aku tidak jadi
kedinginan.
Ma,
Bolehkah aku bertanya tentang impianmu saat muda dulu? Ketika
umur 5, 10, atau seumurku, cita-cita apa yang sebenarnya Mama gantungkan?
Dokterkah, layaknya anak-anak pada umumnya?
Maaf ya Ma, gara-gara aku, Mama harus
bekerja 2 kali lebih keras dari seharusnya.
Ya,
Aku melihatmu sebagai seorang pekerja keras.
Bahkan tugas-tugas rumahan sebenarnya menyedot banyak tenaga dan
waktu luang. Pagi-pagi sekali, Mama harus bangun untuk memasak sarapan.
Selanjutnya, Mama harus menyiapkan sarapan untuk diriku. Mama harus
berbelanja agar di rumah ada yang bisa dimakan.
Mama juga banyak bertanya. Pertanyaan Mama pun sebenarnya
selalu sama: “Sudah makan
belum?”, “Sudah sholat?” Kalau aku menjawab “belum”, nada
bicaramu langsung berubah dan sifat cerewetmu mulai keluar.
Ma, wajahmu mulai menua. Mulai ada keriput disana, membuatku
sadar ragamu tidak sekuat dulu. Penyakit mulai mengerogoti tubuhmu. Aku pun
pernah harus melihatmu terbaring di atas tempat tidur. Tapi kau malah
tetap tersenyum dan menanyakan apa aku sudah makan.
(Ma, tenang! Aku sudah makan!)
Izinkan aku mengatakan sesuatu yang belum sempat
kusampaikan langsung. Aku tidak tahu kapan kita akan berpisah. Ada
saatnya, aku akan mengantarkanmu ke tempat peristirahatan terakhirmu. Atau
mungkin saja Mama yang mengantarkanku. Apapun akhirnya, akan ada saat dimana
kita berdua harus rela. Kapanpun itu, hanya Yang Disana yang tahu. Aku
hanya ingin mengingat bahwa kita pasti kembali bertemu.
Mama, Ibu, Ibundaku…
Terima kasih sudah memutuskan memilikiku. Terima kasih sudah
memperkenalkanku pada dunia. Terima kasih sudah mengajarkanku apa arti
perjuangan.
Maafkan anakmu ini yang selalu membuatmu was-was, yang selalu
bertindak semrawut …ah!
Aku hanya bisa berharap untuk terus bisa memberikan yang
lebih baik lagi untukmu. Secerewet apa pun dirimu, Mama tetap wanita nomor
satu bagiku.
Aku tidak bisa memilih siapa yang menjadi ibuku. Mama pun tak
tahu anak seperti apa yang akhirnya lahir dari rahim Mama. Tuhan yang
mempertemukan kita.
Aku bersyukur bisa berkenalan dengan Mama. Tersenyumlah, Ma, :)
baca artikel aslinya disini http://www.hipwee.com/motivasi/surat-terbuka-untuk-wanita-yang-kupanggil-ibu/
Subscribe to:
Posts (Atom)