Pernahkah Anda dikenai ucapan seperti itu? Yang kemudian
membuat Anda bertanya-tanya, kalau memang Anda baik kenapa gebetan Anda justru
menolak cinta Anda, yang mana penolakannya mungkin disertai ucapan “aku enggak layak buat kamu”, atau “kamu pantas mendapatkan pasangan yang lebih baik dari aku”? Apa sebenarnya arti dari kata “baik” di konteks penolakan yang
menyakitkan ini?
“Baik” dalam hal ini bermakna konotatif, yang artinya adalah: penjilat, koruptif, gampangan,
dan suka mencampuri urusan orang lain. Anda kaget dan nggak terima?
Berikut ini saya jabarkan secara umum apa saja yang biasanya pria “baik”
lakukan.
Saat masa PDKT, sering kali pria “baik” berusaha untuk satu pemikiran dengan gebetannya, meskipun untuk hal yang sebenarnya nggak disetujui. Misalnya, Anda nggak suka orang
yang nggak tepat waktu, apapun alasannya. Tapi ketika gebetan Anda datang
terlambat, Anda merasa alasan yang dia bilang adalah sesuatu yang wajar.
Bahkan, Anda mungkin mencoba membela dia dari orang lain yang menegurnya.
Contoh
lain, menurut Anda menonton sinetron adalah kegiatan yang nggak ada manfaatnya.
Tapi ketika Anda tahu gebetan Anda pecinta sinetron, Anda ikut-ikutan rajin
menonton dan berpendapat bahwa nggak salahnya menonton sinetron. Singkatnya,
Anda melanggar pendapat yang Anda pegang sendiri demi menciptakan kesan bahwa
Anda dan gebetan satu pemikiran. Dengan kata lain, Anda seorang penjilat.
Anda mungkin juga berpikir bahwa dengan mentraktir dia
ini-itu, membelikan dia boneka, tas, dan sebagainya, bisa membuat dia tertarik
pada Anda. Nggak cukup sampai disitu, Anda bahkan memberi sedekah pada pengemis
atau meminjamkan uang Anda pada teman yang sedang kesulitan uang. Mungkin
maksud Anda melakukan semua itu adalah untuk membuktikan pada gebetan bahwa
Anda adalah orang yang nggak kesulitan secara finansial. Namun di sisi lain,
Anda juga sedang menunjukkan bahwa Anda
berharap bisa membeli cinta gebetan dengan uang, dan selain itu Anda sesungguhnya
nggak punya apa-apa. Jika demikian, Anda orang yang koruptif.
Gebetan Anda mungkin juga beberapa kali meminta Anda untuk
melakukan antar-jemput, menemani berbelanja selama berjam-jam, mendengarkan
curhatannya panjang lebar, dll. Dan karena Anda orang “baik”, Anda memenuhi
semua permintaannya tanpa syarat. Tapi tahukah Anda, bahwa dengan melakukan
“kebaikan” ini Anda sedang menunjukkan diri Anda yang gampangan dan murahan karena Anda bersedia meluangkan
waktu, pikiran, dan tenaga tanpa imbalan untuk seseorang yang belum memberikan
kepastian. Mungkin Anda berharap gebetan Anda membalas “kebaikan” ini dengan
cintanya. Tapi apakah Anda pikir dia akan memberikan hatinya yang spesial
kepada Anda sebagai imbalan atas “kebaikan” yang juga bisa dilakukan oleh
ribuan pria lain?
Dan sudah berapa kali Anda berusaha untuk menjadi pahlawan bagi gebetan Anda? Ketika dia sedang punya masalah
dengan temannya, Anda berusaha untuk menjadi penengah. Ketika Anda membaca
update status di media sosialnya yang mengatakan bahwa dia sedang kelaparan dan
malas keluar karena hujan, saat itu juga Anda pergi membeli makanan dan
mengantarnya kerumahnya. Atau ketika Anda mendengar kabar bahwa dia baru saja
kecurian barang berharga, Anda langsung menghubungi dia untuk memastikan
keadaannya dan menghibur dia. Dengan kata lain, Anda melakukan sesuatu di luar urusan Anda. Anda suka terlibat dalam urusan
gebetan Anda meskipun bukan kewajiban dan tanggung jawab Anda apabila dia
terlibat masalah, kelaparan, dan menjadi korban pencurian.
Mungkin Anda bisa mengelak dengan mengatakan bahwa semua
“kebaikan” itu Anda lakukan secara sukarela dan tulus apa adanya. Tapi coba
renungkan pertanyaan ini: seandainya Anda tahu ending–nya bahwa Anda akan ditolak, apakah Anda tetap akan berbuat “baik” pada gebetanAnda?
No comments:
Post a Comment