Sunday, 1 October 2017

Novel Anak Rantau


"Maafkan, maafkan, maafkan, lupakan."
Kata-kata ini adalah salah satu kutipan yang paling menjiwai kisah di dalam novel karya Ahmad Fuadi ini. Ya, kisah-kisah yang dibawakan oleh penulis kelahiran Bayur Sumatera Barat ini memang selalu saja menarik bagi saya. Apalagi di dalam bukunya kali ini, berjudul Anak Rantau.

Anak Rantau, bagi saya yang pertama kali membaca sekilas judulnya berpikir bahwa buku ini akan bercerita tentang kisah anak kampung selama merantau ke kota. Tapi rupanya saya keliru, buku ini justru mengisahkan sebaliknya, kehidupan anak kota yang merantau di kampung halamannya, salah satu nagari di Sumatera Barat bernama Tanjung Durian. Dalam novel ini diceritakan bahwa kampung itu merupakan sebuah Nagari yang berada di tepi Danau Talago. Kehidupan di sana masih sangat tradisional, dengan perkampungan rumah gadang, rumah panggung, surau, danau yang penuh dengan karamba ikansawah, parak dan ladang, khas kampung Minangkabau. Bahkan di buku ini kampung Tanjung Durian itu dilengkapi dengan peta yang siap menggambarkan latar kisahnya.

Tokoh utama di novel ini adalah seorang anak SMP yang lama tinggal bersama ayahnya di Jakarta. Namanya Hepi. Bukan perempuan tapi laki-laki. Nama panjangnya lucu, Donwori Bihepi (ini ada ceritanya kenapa dia dikasih nama itu oleh Ayahnya). Tapi tak seperti namanya, sepanjang cerita ini si Hepi lebih banyak murung, sebal, keras kepala dan ya.. bandel.

Adapun ayahnya Hepi adalah Martiaz, seorang putra asli Tanjung Durian, anak dari seorang Datuk bernama Datuk Marajo Labiah. Di novel ini Martiaz diceritakan hidup menduda sejak ditinggal mati istri yang sangat dicintainya, lalu membesarkan sepasang anaknya seorang diri. Hepi adalah anak keduanya, tapi sering bermasalah di sekolah. Saat Martiaz mengambil rapor anaknya di salah satu SMP di Jakarta, dia termenung. Nilai Hepi buruk. Ditambah lagi perangai anaknya itu tidak jelas, sering menghilang. Akhirnya, Martiaz membawa Hepi pulang kampung. Hepi yang heran ayahnya tidak marah, justru senang diajak pulang ke kampung ayahnya di Tanjung Durian.

Nah, di sinilah kisah itu bermula. Yang paling membuat saya terhenyak adalah sewaktu Martiaz meninggalkan Hepi di kampung itu bersama kakeknya. Rupanya itulah hukuman dari ayahnya. Kalau melihat cover novel ini sekilas, di sana akan tampak jelas, seorang anak yang berdiri sendu menatap sebuah bus yang terus menjauh sambil menyandang ransel merah di punggungnya, lalu menggenggam topi merah di tangan kiri dan koper tumpah di tangan kanannya. Ia adalah Hepi. Anak itu kemudian duduk tepekur di atas kopernya dengan mata merah berkaca-kaca, sementara tangannya dipenuhi potongan bajunya yang diraup dari jalan karena berlari mengejar bus.

“Aku harus kembali ke Jakarta. Aku akan beli tiket sendiri!” kata Hepi dengan suara meninggi. Sendirian. Ia menangis benci, benci kesumat pada ayahnya yang tega meninggalkan anak Jakarta itu di kampung seperti ini.

Kisah itu perlahan mulai kaya dengan pengalaman Hepi setelah ditinggal ayahnya. Bagaimana ia dengan sabar mencari uang untuk membeli tiket pesawat ke Jakarta, lalu hidup dibawah didikan Datuk Marajo, bertemu Attar dan Zen, tinggal di surau, sampai menjadi sosok pahlawan Tanjung Durian dan terlibat dalam peristiwa kriminal yang hampir merenggut nyawanya. Novel ini mencapai titik klimaks ketika dia digantung hidup-hidup oleh komplotan pengedar narkoba.

Tapi, ya itulah. Novel ini bagi saya renyah. Ceritanya cukup realistis meskipun fiktif. Saya senang membacanya karena novel ini mengajarkan saya banyak hal tentang bagaimana kebiasaan dan adat istiadat orang Minangkabau dulu yang hari ini mulai terlupakan, diantaranya kehidupan anak surau, beladiri silek, dan mangaji serta filosofi “Alam takambang jadi guru”. Kisah ini seolah-olah menggambarkan semangat A. Fuadi untuk kembali mengingatkan orang rantau untuk mengenal tradisi negerinya dahulu, terutama orang Minang.

Pada akhirnya, saya tersadar makna dari judul novel ini dari sebuah paragraf yang ditulis A. Fuadi di akhir-akhir bab. “Bagi Hepi, alam tekembangnya kini adalah kampungnya, tempat dia berguru rupa-rupa. Jakarta terasa semakin jauh, kampung terasa semakin dekat. Dia masih menimbang-nimbang siapa dirinya kini. Anak Jakarta atau anak yang merantau ke kampung halaman ayahnya?”

Saturday, 25 February 2017

Supernova 3 : PETIR by Deelestari


"....kursi itu berguncang hebat pada akhirnya. Ternyata hidup tidak membiarkan satu orang pun lolos untuk cuma jadi penonton. Semua harus mencicipi ombak."


Buku ini adalah buku ke 3 dari seri Supernova karya Dewi Lestari. Setelah buku pertama berfokus pada cerita dimas, reuben, rana, ferre, gio, diva, dan Erwin, sedangkan bukun kedua fokus kepada cerita hidup Bodhi, maka buku ketiga ini fokus kepada sosok Elektra Wijaya.

Elektra Wijaya, gadis unik dan polos. Senang melihat petir sejak kecil (bahkan rela hujan hujanan demi menonton petir), pernah kesetrum listrik dan selamat tanpa cedera, dan juga pernah lolos dari sambaran halilintar. Elektra tinggal bersama ayahnya pemilik "Wijaya Elektronik" dan kakaknya Watti. Ayah Elektra mempunyai sebuah toko elektronik (yaitu rumahnya sendiri). Dirumah Elektra banyak barang barang elektronik yang tidak terpakai. Setelah Ayahnya meninggal, Elektra tinggal sendiri dirumah peninggalan ayahnya yang besar, sedangkan kakaknya Watti ikut suaminya Kang Atam ke Tembagapura. Elektra harus mengurus rumah itu sendiri, memulai hidup sebatang kara dengan keuangan yang seadanya, menghadapi pasang surut dan masalah yangd atang silih berganti seperti tawaran watti yang mengajaknya untuk hidup di tembagapura (padahal ini bentuk sindiran watti ke dia karena belum mendapatkan perkerjaan yang tetap), bukan berarti Elektra tidak mau mencari pekerjaan ya, berbagai macam sudah dia coba, dimulai dengan bisni MLM yang cuma mempunyai dua kaki (yang ikut MLM mungkin ngerti yaa :D), sampai ke rencana menyewakan rumahnya (tapi semua itu tidak berhasil).
Etra atau Elektra harus memulai hidup sebatang kara, kegiatan cuma tidur aja dirumah, makan mie dan telor, tetapi dalam kesendiriannya itu, dia tiba tiba mendapat tawaran menjadi dosen di STIGAN (Sekolah Tinggi Ilmu Gaib Nasional) "nah di bagian ini yang paling menarik, banyak kejadian lucunya, udah kek cerita komedi".
Berawal dari kejadian STIGAN dan akhirnya alur membawanya ke kehidupan Etra yang sebenarnya, dia bertemu dengan Ibu Sati yang menjadi guru spiritual dan melatih kekuatannya. Etra bertemu dengan Beatrice yang sedang membuka warnet dan akhirnya Etra kecanduan untuk main internet, Etra akhirnya menjadi Manusia Milenium. Dimulai dari warnet ini dia mulai berkenalan dengan Kewoy yang pada saat itu bekerja ditempat Beatrice. Dari Kewoylah Etra bertemu dengan Mpret. Atas saran Bu Sati akhirnya Etra membuka Elektra POP dengan bantuan Mpret, Kewoy, dan Mi'un kawannya Mpret.
Dari Elektra Pop inilah perjalan Hidup Elektra mulai berubah, menjadi Elektra yang baru.
.
.
.
Sangat saya sarankan untuk membaca seri ke 3 ini, karena seri ini berbeda dengan  seri 1 dan 2. Disini lebih menggunakan bahasa yang umum dan alurnya juga menarik dan banyak kejadian lucunya (kek baca tulisan raditya dika) banyak ketawanya.

Tuesday, 28 June 2016

Supernova 2: akar by deelestari


Supernova 2: akar by deelestari

Carilah, dan kamu akan mendapatinya. Ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Mintalah, maka kau akan diberi.

SINOPSIS

Dewi Lestari mewakilkan sebuah upaya pencarian kesejatian hidup pada seorang tokoh bernama Bodhi. Seorang bayi yang di suatu pagi tergeletak di pintu Vihara. Dipungut, diasuh, dan dididik oleh seorang Pandita, Guru Liong. Merasa bahwa karma pada hidup masa lalunya sangat berat. 18 tahun dididik dengan ketat, termasuk penguasaan terhadap sebuah ilmu bela diri, Bodhi mengalami penyempurnaan bathin. Pemurnian spirit. Termasuk sejumlah pengalaman uniknya yang "merasa" menjadi ulat, tikus got, kucing, dan sapi. 18 tahun adalah waktu yang cukup, dan Bodhi mohon pamit. Bersama serombongan pendeta Buddha, Bodhi menyeberang ke Sumatera dan memutuskan menetap di daerah Belawan. Tanpa KTP, tak juga faham mengenai asal usul dan tanggal kelahirannya. Bekerja tiga bulan, mendapat upah, dan dibantu oleh Ompu Berlin untuk mendapatkan sejumlah dokumen identitas termasuk paspor, Bodhi menyeberang ke Penang. Disana dia bertemu dengan sejumlah backpacker yang kemudian "memberi" arah perjalanan berikutnya: Bangkok.

Bangkok surga bagi para backpacker. Ratusan pengelana dari mancanegara tumpah di sana. Bodhi tinggal di sebuah rumah penginapan Srinthip bersama sejumlah backpaker multi etnis. Penghuninya datang dan pergi. Masuklah Kell, seorang lelaki tampan, peranakan Irlandia dan Mesir. Lelaki tertampan yang mungkin pernah ada di bumi ini yang mempunyai tugas kehidupan untuk membubuhkan 617 tatto pada 617 orang untuk membuat dirinya menyongsong kemerdekaan paripurna setelah orang ke-617 membubuhkan tato yang ke-618 ke tubuhnya. Lelaki yang kerap menyenandungkan Eye in The Sky-nya Alan Parson Project. Kell kemudian mengajarinya tattoo. Lalu, jadilah Bodhi seorang tattooist dan menjadikan itu sebagai cara untuk mendapatkan uang bagi biaya hidup sehari-hari.

Seorang backpacker perempuan bernama Star, berasal dari Hollywood, peranakan Eropa Timur dan Timur Tengah masuk dan menginap di Srinthip. Perempuan cantik dan tercantik yang pernah dilihat Bodhi. Perawakan tubuhnya sempurna. Waktu berlalu dan mereka berpisah. Entah kenapa.

Bodhi meneruskan pencarian kesejatiannya. Star seolah menggenap kesempurnaan tattoonya dan pergi menyongsong kelana berikut. Keterserakan yang tak menyenangkan. Tapi hidup adalah keping-keping misteri yang baru terbuka setelah rebah sepenuhnya. Bodhi membiarkan semesta menuntun perjalanan selanjutnya. Bertemu dengan lelaki tua pengasuh Bob Marley, yang mengumandangkan reggae seolah cuma itu yang ada di bumi dan kahyangan. Bertemu kembali dengan Tristan, backpacker yang ditemuinya pertama kali di Penang. Mereka berdua bekerja di ladang ganja di Golden Triangle dengan upah USD 700 per minggu. Sekian bulan di sana Bodhi memiliki cukup uang untuk melanjutkan kembara berikutnya. Pulang ke Srinthip didapatinya Kell sudah tak ada. Ah, lelaki yang telah memberinya keceriaan dan sebuah warna baru.

Rasa kangennya memuncak. Diputuskannya untuk pergi mencari Kell. Tak ada petunjuk. Tak ada berita. Dan dia pergi. Suara semesta dan kerinduannya adalah dua buah kompas sejati yang dia percaya akan mengantarkannya tepat waktu tepat arah kepada Kell. Bodhi terdampar di sebuah pertarungan antar manusia ala Golden Triangle ditonton oleh ribuan petaruh. Diadu secara barbar di atas ring melawan gladiator raksasa. Pertarungan dahsyat dengan menggunakan sejumlah jurus wushu yang mendebarkan pun digelar.

Perjalanan itu begitu panjang dan melelahkan. Menembus belukar di antara desingan peluru. Menyusuri daratan ranjau. Disana dia betemu Epona, gadis penakluk ranjau. Disana pula ia bertemu kembali dengan Kell. Lalu, pada sebuah kunjungan ke lokasi ranjau, tattoo ke 618, angka kebebasan paripurna Kell, dirajahkan. Dalam dialog cerdas, konyol, menggelikan, dan bertabur air mata.


Setelah Kell mati, bodhi melanjutkan perjalanannya kembali, dan pulang kembali ke Indonesia, mengambil abu Guru Liong dan menjadikan sebagai liontin di kalungnya berdampingan dengan abu dari Kell. Luntang lantung di Jakarta, akhirnya Bodhi berjumpa dengan Bong, sang Anak Punk, yang merubah hidup bodhi untuk selama lamanya.

Review

Dewi Lestari, seorang wanita yang biasanya menuliskan kalimat-kalimat puitis. Sekarang malah menulis Supernova Akar ini yang seperti novel action. Pada bagian awal terasa sekali dee ingin membawa pembaca pada alur sebuah buku traveling ala backpacker (yang lagi ngetrend belakangan ini).

Apakah Dewi lestari melakukan perjalan itu semua? Karena tidak mungkin jika yang tertulis di sini berasal dari imajinasi belaka.

Nover Supernova AKAR ini tidak ada mengandung istilah science seperti di Supernova 1 Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, tapi lebih ke travelling Asia dan cerita kehidupan Bodhi. 

Tuesday, 10 May 2016

SUPERNOVA 1 : Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh


Mungkin aneh untuk mengakuinya, tapi inilah novel pertama yang saya baca, apakah saya tidak suka membaca ?? gk juga, saya sangat suka membaca tapi yah membaca komik “One Piece, Naruto dan Fairytail” yah itu yang selalu saya baca tanpa ada kata bosan J nah pas pada tahun 2014 saya pergi ke toko buku yang ada di kota Banda Aceh (tempat saya tinggal sekarang) disitu timbul rasa penasaran saya tentang judul buku ini “SUPERNOVA” apakah seperti supernova yang ada di komik One Piece ? itu pertanyaan pertama yang muncul dalam pikiran saya apalagi ada kata Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, dan akhirnya pada hari itu saya memutuskan untuk mebeli novel ini.

Anehnya lagi, novel ini berhasil membuat saya jatuh cinta bahkan sejak saya membuka halaman-halaman pertamanya dan menemukan puisi ini. 

"Engkaulah getar pertama yang meruntuhkan gerbang tak berujungku mengenal hidup
Engkaulah tetes embun pertama yang menyesatkan dahagaku dalam cinta tak bermuara
Engkaulah matahari firdausku yang menyinari kata pertama di cakrawala aksara
Kau hadir dengan ketiadaaan
Sederhana dalam ketidakmengertian
gerakmu tiada pasti
Namun aku terus disini
Mencintaimu
Entah kenapa"
 


- Dee

Novel ini berkisah tentang Dhimas dan Ruben,  pasangan gay yang bertemu saat kuliah di Amerika. Pertemuan mereka dalam sebuah pesta, berujung pada ikrar untuk menjadi pasangan dan juga ikrar bahwa sepuluh tahun kemudian mereka akan membuat sebuah karya yang merupakan gabungan antara science ilmiah dan sastra. Dan sepuluh tahun kemudian, penulisan karya itu dimulai, dalam bentuk sebuah novel dengan Ferre (CEO sebuah korporasi multinasional), Rana (jurnalis sebuah majalah bergengsi), dan Diva (model sekaligus pelacur papan atas), sebagai tokoh utamanya.

Konflik dimulai saat Rana mewawancarai Ferre untuk artikel yang akan dimuat di majalah. Tak disangka jika wawancara singkat itu menjadi awal terjalinnya kisah cinta terlarang di antara mereka berdua. Terlarang karena ketika itu, Rana sudah menikah dengan Arwin yang sama seperti Rana, juga berasal dari keluarga aristokrat bangsawan lama.

Tak ada justifikasi salah atau benar dalam kisah perselingkuhan ini. Arwin bukanlah pria jahat yang pantas untuk dikhianati, sebaliknya justru, Arwin digambarkan sebagai pria yang baik, soleh, bertanggung jawab, dengan latar belakang keluarga yang baik dan juga memiliki pekerjaan yang bisa dibanggakan. Dan seluruh kelebihannya itulah yang menjadi satu-satunya kesalahan Arwin untuk Rana. Karena dengan menjadi sosok yang sempurna, tak ada alasan untuk Rana berpaling dari Arwin. Pengkhianatan yang dilakukan Rana semata-mata karena Rana dan Ferre saling jatuh cinta, titik. Dan bisakah orang memilih pada siapa ia jatuh cinta?. 

Sayangnya, tak seperti kisah perselingkuhan lain yang mungkin hanya karena nafsu sesaat, cinta lokasi atau pelarian dari rumah tangga yang bermasalah, cintanya Rana dan Arwin adalah cinta dalam artian sebenarnya cinta. Rana melihat sosok Ferre sebagai seseorang yang mampu membangkitkan semangat dalam hidupnya yang membosankan. Pun demikian Ferre, ia melihat Rana sebagai sosok Puteri, yang selalu menjadi perwujudan obsesi dari dongeng masa kecilnya.

Ksatria jatuh cinta pada Puteri bungsu dari Kerajaan Bidadari. Sang Puteri naik ke langit. Ksatria kebingungan. Ksatria pintar naik kuda dan bermain pedang, tapi tidak tahu caranya terbang. Ksatria keluar dari kastil untuk belajar terbang pada kupu-kupu. Tetapi kupu-kupu hanya bisa menempatkannya di pucuk pohon. Ksatria lalu belajar pada burung gereja. Burung gereja hanya mampu mengajarinya sampai ke atas menara. Ksatria kemudian berguru pada burung elang. Burung elang hanya mampu membawanya ke puncak gunung. Tak ada unggas bersayap yang mampu terbang lebih tinggi lagi. Ksatria sedih, tapi tak putus asa. Ksatria memohon pada angin. Angin mengajarinya berkeliling mengitari bumi, lebih tinggi dari gunung dan awan. Namun Sang Puteri masih jauh di awang-awang, dan tak ada angin yang mampu menusuk langit. Ksatria sedih dan kali ini ia putus asa. Sampai satu malam ada Bintang Jatuh yang berhenti mendengar tangis dukanya. Ia menawari Ksatria untuk memapu melesat secepat cahaya. Melesat lebih cepat dari kilat dan setinggi sejuta langit dijadikan satu. Namun kalau Ksatria tak mampu mendarat tepat di Puterinya, maka ia akan mati. Hancur dalam kecepatan yang membahayakan, menjadi serbuk yang membedaki langit, dan tamat. Ksatria setuju. Ia relakan seluruh kepercayaannya pada Bintang Jatuh menjadi sebuah nyawa. Dan ia relakan nyawa itu bergantung hanya pada serpih detik yang mematikan. Bintang Jatuh menggenggam tangannya.
“Inilah perjalanan sebuah Cinta Sejati,” ia berbisik,
“tutuplah matamu, Ksatria. Katakan untuk berhenti begitu hatimu merasakan keberadaannya.”
Melesatlah mereka berdua. Dingin yang tak terhingga serasa merobek hati ksatria mungil,
tapi hangat jiwanya diterangi rasa cinta. Dan ia merasakannya…
“Berhenti!”

Bintang Jatuh melongok ke bawah, dan ia pun melihat sesosok puteri cantik yang kesepian. Bersinar bagaikan Orion di tengah kelamnya galaksi. Ia pun jatuh hati. Dilepaskannya genggaman itu. Sewujud nyawa yang terbentuk atas cinta dan percaya. Ksatria melesat menuju kehancuran. Sementara Sang Bintang mendarat turun untuk dapatkan Sang Puteri. Ksatria yang malang. Sebagai balasannya, di langit kutub dilukiskan Aurora. Untuk mengenang kehalusan dan ketulusan hati Ksatria.

Sayang, Puteri yang selalu didambakannya ini sekarang adalah isteri orang lain. Tapi status kekasihnya ini membuat Ferre berpikir lebih dalam tentang cinta dan hubungan mereka. Tentang arti komitmen dalam pernikahan, tentang cinta yang "katanya" tak harus memiliki, tentang konsep cinta yang "katanya" seharusnya membebaskan. Dan untuk Ferre dan Rana, semua itu hanya konsep yang utopis karena mereka sendiri tak bisa mengingkari, cinta yang mereka punya menuntut sebuah kebersamaan, yang sangatlah tak mungkin dengan Arwin yang sudah lebih dahulu hadir dalam hidup Rana.

Dalam kebimbangannya, dari seorang teman Rana mendapat saran untuk mengkonsultasikan masalahnya dengan Supernova, Cyber Avatar yang bersedia menjawab semua permasalahan dan pertanyaan yang diajukan orang-orang. Tak ada yang tahu bahwa sosok Supernova di dunia maya ini sebenarnya adalah Diva di dunia nyata, tetangga depan rumah Ferre, yang adalah seorang model sekaligus pelacur papan atas, tetapi dengan kemampuan akademis melampaui bahkan para pakar di bidangnya. 

Tanya jawab yang dilakukannya dengan Supernova, membawa Rana pada pertanyaan yang sebenarnya: pertanyaan untuk mengenal dirinya sendiri. Tapi ia masih juga belum menemukan jawaban, apa yang harus ia lakukan, kabur dengan Ferre dan meninggalkan Arwin, atau terus bertahan dengan Arwin sementara dalam hati ia menyadari cintanya pada Ferre sudah semakin pekat saja.

Tak kuat menahan beban pikiran, akhirnya Rana masuk rumah sakit. Lemah jantung yang dideritanya sejak kecil menunjukkan keberadaannya lagi di tubuh ringkihnya. Dan momen saat kemudian Ferre menjenguk Rana di rumah sakit ternyata menjadi titik balik semuanya. Tanpa sengaja Arwin yang sudah tahu perselingkuhan istrinya menangkap pandangan mata Rana dan Ferre. Dan tiba-tiba ia menyadari, bahwa ia melihat cinta yang begitu besar di mata keduanya. Alih-alih marah dan cemburu, Arwin malah merasa ia telah menjadi penghalang untuk kebahagiaan keduanya. Dan akhirnya Arwin memutuskan setelah Rana keluar dari rumah sakit, ia akan menyerahkan Rana pada Ferre. Momen yang sebenarnya pas, karena disaat yang sama Rana pun sudah memutuskan bahwa sepulang dari rumah sakit ia akan meninggalkan Arwin demi Ferre.

Ferre sudah begitu bahagia, senang karena akhirnya ia akan bersatu dengan sang Puteri, tak pernah ia sangka bahwa yang terjadi justru kebalikannya. Malam itu, Arwin menghampiri Rana. Malam itu, Arwin menyatakan bahwa ia sudah tahu semuanya, tentang Rana dan Ferre. Tak seperti yang selalu dibayangkan Rana, Arwin dengan mata merah dan kalap, dengan senjata di tangan, siap untuk mengejar dan membunuh Ferre di kediamannya. Sebaliknya, Arwin malah tampak begitu pasrah dan tenang, memeluk Rana dari belakang, sambil menyatakan bahwa ia sedemikian mencintai Rana, saking cintanya sampai ia tak ingin lagi menyiksa Rana dengan memaksakan kebersamaan yang semu. 

"Istriku atau bukan, kamu tetaplah Rana yang kupuja. Dan perasaan ini cukup besar untukku berjalan sendiri tanpa perlu kamu ada". 

Dan terkesiaplah Rana, menyadari bahwa cinta yang membebaskan itu ternyata Arwin yang punya, bukan miliknya bukan pula kekasihnya. Seketika itu pula Rana membalik badannya memeluk Arwin dengan pelukan orang yang kembali selepas akan beranjak pergi.

Dan Ferre, akhirnya jatuh sedalam-dalamnya setelah membaca surat perpisahan dari Rana, patah hati sampai memutuskan bunuh diri dengan bermain rolet Rusia menggunakan satu peluru di pistolnya. Ia tinggal menarik pelatuk sebelum semuanya tamat. Dan dimulailah kilasan-kilasan hidupnya. Tentang ayahnya yang kabur dengan wanita lain hingga ibunya bunuh diri, tentang kakek dan nenek yang selalu ingin ia berdoa, dan satu ledakan, yang membuat ia tersadar bahwa hidupnya akan terus berlanjut, dan perasaannya untuk Rana sudah mengkristal dan akan selalu ia simpan.

Diantara Kisah Rana dan Ferre, terjadi juga konflik dalam kehidupan nyata seorang Diva, pelacur high class yang hanya menerima bayaran dengan dolar. Diva sebenarnya adalah seorang yang cerdas dan berwawasan luas, terbukti dikisah ini dia berdialog dengan pelanggan pelangganya yang dari aparat pemerintah dan ada juga yang menjadi salah satu dosen terkenal di sebuah perguruan tingga ternama di negeri ini. Dibalik profesinya sebagai seorang pelacur high class, diva juga menjadi seorang Cyber avatar “Supernova” yang menjadi tempat konsultasi bagi semua orang yang aktif didunia maya. Dalam serial supernova ini, Diva mengambil peran yang sangat penting, dia berperan sebagai sang Bintang Jatuh yang menjadi musuh Ksatria dalam serial novel khayalan Ferre.

Dalam kisah si Diva sang pelacur high class, ada muncul nama seorang Gio yang menjadi salah satu orang yang istimewa dalam hidup Diva, Karena sampai saat ini hanya Gio seorang yang dikasih izin masuk sampai ke ruang tamu rumahnya Diva dan mencium lansung dibibir Diva.

Gio adalah seorang petualang sejati, Indonesia adalah negara tempat dia lahir tapi bukan negara tempat dia tinggal, di keliling Benua Amerika, menjalajah hutan Amazon dan mendaki berbagai macam gunug disana, kalua mau dibuat perbandingan hari, Gio hanya menumang transit sebentar di Indonesia sambilan menunggu pesawatnya terbang kembali dan menjalajah dunia ini. Soal finansial, Gio serba mencukupi, Ayahnya seorang pengusah sukses keturunan Brazil dan ibunya seorang ibu rumah tangga keturunan Thionghoa.

Awal mula perjumpaan Gio dengan Diva juga terbilang unik, Gio yang mencoba pengalaman barunya dan tertarik untuk menyewa seorang yang Highclass seperti Diva yang hanya menerima bayaran dengan Dollar. Dan begitulah, berawal dari coba coba dan akhirnya jadi Jatuh Cinta. Gio jatuh cinta pada Diva yang bagaikan bintang di khayangan.

Diva seorang cyber avatar “sang SUPERNOVA” yang tetangga dekat Ferre. Pada suatu  hari melihat keanehan dirumah Ferre, mobil Ferre tidak keluar dari tempatnya, rumah tertutup bagaikan tak ada orang, itu merupakan suatu  keanehan bagi Diva karena tidak seperti biasanya. Biasanya Ferre sudah berada ditempat kerjanya kalau jam segitu.

Diva akhirnya tau  kalau Ferre lagi jatuh ke dasar dasarnya, dan disitulah awal mula kedekatan Ferre dengan sang Supernova ini. Ferre yang bangun dari kejatuhannya mulai mebuka lembaran baru deng sang Bintang Jatuh. Berawal dari kedekatan saling mengisi waktu luang ditaman bunga dirumah Diva, hingga terjadi suatu peristiwa di malam itu yang mengungkap identitas Diva yang sebenarnya sebagai sang SUPERNOVA.

Diva yang pada awalnya sudah berenca untuk meneruskan tongkat estafet SUPERNOVA kepada Ferre dan dia akan pergi travelling ke benua Amerika dan menjelajah Hutan Amazon.
.
.
.
Jujur, tak mudah untuk saya membuat sinopsis dari novel ini. Karena memang novel ini adalah novel yang sangat kaya, konflik yang terjalin, teori-teori sains yang ikut menjadi bagian dari cerita, penokohan dan konsep cerita di dalam cerita, membuat novel ini bisa dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Bukan sekedar cerita picisan tentang perselingkuhan, tapi ada pencarian makna oleh tokoh-tokoh didalamnya. Tentang hakikat manusia, tentang hidup, tentang persahabatan, dan tentang cinta yang sering salah diinterpretasikan. Didukung oleh pilihan diksi yang kuat dan puisi-puisi yang indah, maka pantaslah jika novel ini memenangkan banyak penghargaan dan menjadi best seller.


Di akhir cerita, Dhimas dan Ruben yang menyusun cerita tentang Ferre, Rana, dan Diva akhirnya menyadari bahwa mereka berdua sama dengan tokoh cerita yang mereka susun, ada dalam molekul pikiran seorang pengarang yang lain. “Sebenarnya siapa yang menulis Siapa ?” itulah kalimat pertanyaan yang muncul dari Dhimas dan Reuben pada akhir cerita novel ini. J

Monday, 29 February 2016

Semoga Negeri Ini Segera Siuman dari Tidur Panjangnya


Tujuh puluh tahun lamanya negeri ini telah merdeka. Sekarang kita bisa saksikan bendera merah putih dapat berkibar dengan gagah di langit biru. Tak ada gemuruh suara tembak-menembak yang kita dengar tiap hari. Tak ada suara meriam atau bunyi bom-bom yang meledak menakutkan diri. Setiap hari justru kita disambut dengan siaran televisi. Disambut dengan berbagai berita pagi, yang ditemani dengan suguhan segelas kopi dan roti. Enak memang, namun ternyata saat kita menyadari tentang apa yang diberitakan di televisi. Niscaya kita sering kali harus bersedih hati. Sedih dan gundah, kenapa negeri kita jadi seperti ini?

Kita semua mungkin sudah menyadari, memang ada yang tidak beres di negeri ini. Banyak hal-hal yang bikin kita muak sendiri. Korupsi yang masih saja mempromosikan aktor-aktor baru. Seolah tak ada habisnya tikus-tikus tak tahu malu itu menguras kekayaan negeri ini. Kita pun bisa melihat para petinggi negeri ini sedang petak umpet dalam pemerintahan. Saling sembunyi dari berbagai kekisruhan yang ada. Belum lagi para pejabat yang berdebat penuh semangat, meributkkan etika dan kehormatan. Namun seperti debat dengan penuh drama dan kepalsuan. Hingga kita pun jadi penonton yang kebingungan, sambil pengen lempar sandal di muka-muka yang penuh kedustaan itu. Ada pula yang lagi marak tentang gemerlapnya dunia prostitusi. Kita semua disuguhkan betapa murahnya harga diri untuk dibeli dengan materi. Entah itu fakta atau sebuah fiksi dunia televisi, namun kita jadi menyadari betapa bobroknya moral yang sedang menggerogoti budaya negeri ini.

Rasanya kok negeri kita semakin amburadul saja. Apa-apa seolah jadi susah, ah cari kerja susah, ah usaha susah, ah kita jadi banyak ah. Kesenjangan ada dimana-mana. Disaat banyak pengemis menyodorkan kaleng meminta-minta, disisi lain banyak pejabat laknat yang menyelipkan proposal rekayasa atau bohong belaka hanya untuk membuncitkan perutnya dengan limpahan rupiah. Kriminalitas terjadi begitu maraknya, begal dan rampok seolah mendapat penghargaan tentang keeksisannya. Dunia pendidikan yang tebongkar banyak kebusukan tentang para penjual dan pembeli ijazah. Dengan mudahnya banyak orang memakai toga wisuda, tanpa mengerti satu tambah satu sama dengan dua. Kita tentu sangat berharap,

"Semoga negeri ini segera siuman dari tidur panjangnya."

Kita semua yang peduli dengan negeri ini pastilah menginginkan adanya perubahan yang segera terjadi. Dimulai dari pemilu tahun lalu yang sebenarnya sangat kita harapkan untuk bisa menjadi batu loncatan untuk perbaikan negeri. Kita begitu antusias untuk memilih para pemimpin negeri. Namun faktanya, memang perubahan itu tak bisa terjadi seketika dengan cepatnya. Kita menyadari bahwa perubahan tidak bisa dipasrahkan kepada para pemimpin semata. Semua itu tidak bisa dibebankan kepada mereka yang duduk di bangku pemerintahan sana. Apalagi sekarang saat kita melihat drama politik yang seolah semakin meudarkan rasa percaya kepada mereka. Hingga kadang rasa pesimis kepada para pemimpin itu muncul di benak kita. Namun kita harus meyakini, diantara mereka juga masih banyak orang baik yang sangat peduli dengan negeri ini.

Sekarang, tentu kita sudah capek dengan namanya berdemonstrasi meminta perubahan. Berteriak kesana-kemari seolah tak pernah dapatkan jawaban. Suara jeritan hati masyaralat yang ingin negerinya segera pulih dari segala kekacauan. Namun apalah daya bagi kita, apa yang kita tuntut dari para pemimpin seolah tak punya power untuk dilaksanakan. Mungkin lebih tepatnya kita tidak sedang menuntut mereka, namun kita berharap kepada mereka. Karena kita memang rakyat biasa, walau yang sebenarnya justru adalah penguasa negeri demokrasi ini. Sehingga kita perlu memahami, untuk bisa menjadikan negeri ini berubah. Kita tak perlu banyak menunggu para pemimpin negeri ini berubah, mungkinlah jalan yang paling mudah yang bisa kita lakukan adalah dengan mulai mengubah diri sendiri. Kita mulai dari diri kita sendiri. Walau kita hanya seorang individu, namun sebenarnya negeri ini adalah kumpulan dari para individu. Individu yang telah membentuk populasi lebih dari dua ratus lima puluh juta jiwa, dengan nama Indonesia.

Jika kita tak ingin melihat korupsi di negeri ini terus berkembang, kita bisa budayakan anti korupsi dari kehidupan diri kita masing-masing. Tak ada suap-menyuap dalam tindakan sehari-hari kita, tak mengambil hak orang lain yang bukan hak kita. Karena sebenarnya sebagian dari kita masih saja mentolelir tindakan korupsi yang kecil. Walaupun hanya mengambil selembar uang ribuan, itu juga bagian dari korupsi yang dibiarkan terpelihara di negeri ini.

“Jika kita berteriak ingin negeri ini segera berubah, kenapa kita masih saja bangun kesiangan?”

Kita mungkin terlalu menuntut orang lain untuk serba cepat, namun justru kita sendiri yang pemalas. Lalu bagaimana kalau jutaan orang Indonesia juga malas seperti kita. Tentu negeri ini sulit berubah dan semakin ditinggal oleh negeri tetangga.

“Jika kita ingin para pemimpin bekerja keras, kenapa kita justru sering mengeluh terhadap pekerjaan kita sendiri?”

Siswa-siswa SMA yang malas mendengarkan gurunya. Para mahasiswa yang sering mengeluh karena banyaknya tugas. Para guru dan dosen yang ala kadarnya mengajar putra didiknya. Para pekerja yang setengah-setengah dalam bekerja ketika tak ada bosnya. Hingga akhirnya apakah kita pantas berteriak kepada para pejabat,

“Kerja yang bener dong, jangan minta naik gaji doang!!!”

Ya kita semua sudah muak dengan para pejabat yang dikit-dikit minta kenaikkan gaji. Padahal di berbagai penjuru negeri ini, masih banyak sekali rakyat yang kesulitan untuk makan setiap hari. Kita masih saja meributkan banyaknya gaji yang kita peroleh, padahal ada puluhan ribu guru di negeri ini yang  hanya di bayar sukarela.

Bagi negeri ini kita memang hanya seseorang, mungkin hanya dikenal di lingkungan masing-masing. Tetapi tak ada salahnya jika kita berbuat baik untuk negeri ini dimulai dari kita sendiri. Kita mungkin tak bisa sumbangkan uang miliyaran untuk pembangunan. Namun sedikit saja kita lakukan yang terbaik dalam pekerjaan dan status kita, niscaya kita tak memberi kerugian pada negeri ini. Kita telah memberikan sumbangan kecil kebaikkan untuk negeri ini, walau hanya 0,00000000001 % saja. Jika itu dilakukan oleh banyak orang, niscaya terkumpul puluhan persen untuk kebaikkan negeri ini. Mungkin kita tak bisa mengajak semua orang untuk berbuat baik kepada negeri ini, namun setidaknya saat kita sudah melakukan hal baik dalam pekerjaan atau apapun status kita. Kita telah memastikan masih ada orang yang peduli terhadap negeri ini, yaitu kita sendiri. Maka pertanyaannya,


“Apa yang akan segera kau rubah dari dirimu, untuk perubahan negeri ini?”



sumber : http://www.hipwee.com/opini/jika-kau-ingin-negeri-ini-segera-berubah-mulailah-dengan-mengubah-diri-sendiri/

Friday, 24 July 2015

"Kamu Terlalu BAIK Buat Aku"



Pernahkah Anda dikenai ucapan seperti itu? Yang kemudian membuat Anda bertanya-tanya, kalau memang Anda baik kenapa gebetan Anda justru menolak cinta Anda, yang mana penolakannya mungkin disertai ucapan aku enggak layak buat kamu, atau kamu pantas mendapatkan pasangan yang lebih baik dari aku? Apa sebenarnya arti dari kata baik di konteks penolakan yang menyakitkan ini?

“Baik” dalam hal ini bermakna konotatif, yang artinya adalah: penjilat, koruptif, gampangan, dan suka mencampuri urusan orang lain. Anda kaget dan nggak terima? Berikut ini saya jabarkan secara umum apa saja yang biasanya pria “baik” lakukan.

Saat masa PDKT, sering kali pria “baik” berusaha untuk satu pemikiran dengan gebetannya, meskipun untuk hal yang sebenarnya nggak disetujui. Misalnya, Anda nggak suka orang yang nggak tepat waktu, apapun alasannya. Tapi ketika gebetan Anda datang terlambat, Anda merasa alasan yang dia bilang adalah sesuatu yang wajar. Bahkan, Anda mungkin mencoba membela dia dari orang lain yang menegurnya.
Contoh lain, menurut Anda menonton sinetron adalah kegiatan yang nggak ada manfaatnya. Tapi ketika Anda tahu gebetan Anda pecinta sinetron, Anda ikut-ikutan rajin menonton dan berpendapat bahwa nggak salahnya menonton sinetron. Singkatnya, Anda melanggar pendapat yang Anda pegang sendiri demi menciptakan kesan bahwa Anda dan gebetan satu pemikiran. Dengan kata lain, Anda seorang penjilat.

Anda mungkin juga berpikir bahwa dengan mentraktir dia ini-itu, membelikan dia boneka, tas, dan sebagainya, bisa membuat dia tertarik pada Anda. Nggak cukup sampai disitu, Anda bahkan memberi sedekah pada pengemis atau meminjamkan uang Anda pada teman yang sedang kesulitan uang. Mungkin maksud Anda melakukan semua itu adalah untuk membuktikan pada gebetan bahwa Anda adalah orang yang nggak kesulitan secara finansial. Namun di sisi lain, Anda juga sedang menunjukkan bahwa Anda berharap bisa membeli cinta gebetan dengan uang, dan selain itu Anda sesungguhnya nggak punya apa-apa. Jika demikian, Anda orang yang koruptif.

Gebetan Anda mungkin juga beberapa kali meminta Anda untuk melakukan antar-jemput, menemani berbelanja selama berjam-jam, mendengarkan curhatannya panjang lebar, dll. Dan karena Anda orang “baik”, Anda memenuhi semua permintaannya tanpa syarat. Tapi tahukah Anda, bahwa dengan melakukan “kebaikan” ini Anda sedang menunjukkan diri Anda yang gampangan dan murahan karena Anda bersedia meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga tanpa imbalan untuk seseorang yang belum memberikan kepastian. Mungkin Anda berharap gebetan Anda membalas “kebaikan” ini dengan cintanya. Tapi apakah Anda pikir dia akan memberikan hatinya yang spesial kepada Anda sebagai imbalan atas “kebaikan” yang juga bisa dilakukan oleh ribuan pria lain?

Dan sudah berapa kali Anda berusaha untuk menjadi pahlawan bagi gebetan Anda? Ketika dia sedang punya masalah dengan temannya, Anda berusaha untuk menjadi penengah. Ketika Anda membaca update status di media sosialnya yang mengatakan bahwa dia sedang kelaparan dan malas keluar karena hujan, saat itu juga Anda pergi membeli makanan dan mengantarnya kerumahnya. Atau ketika Anda mendengar kabar bahwa dia baru saja kecurian barang berharga, Anda langsung menghubungi dia untuk memastikan keadaannya dan menghibur dia. Dengan kata lain, Anda melakukan sesuatu di luar urusan Anda. Anda suka terlibat dalam urusan gebetan Anda meskipun bukan kewajiban dan tanggung jawab Anda apabila dia terlibat masalah, kelaparan, dan menjadi korban pencurian.

Mungkin Anda bisa mengelak dengan mengatakan bahwa semua “kebaikan” itu Anda lakukan secara sukarela dan tulus apa adanya. Tapi coba renungkan pertanyaan ini: seandainya Anda tahu endingnya bahwa Anda akan ditolak, apakah Anda tetap akan berbuat “baik” pada gebetanAnda?


Thursday, 5 March 2015

Hindari zona FRIENDZONE Broo !!!



Bro, hari gini masih terjebak friendzone? Duh, sedihnya….
Dekat sih sama dia, tapi dianggap teman saja. Dihubungi sih sama dia, tapi malah numpang curhat sama kamu. Intens perhatian sama dia, tapi nggak kena ke hatinya. Yaelah, bro….

Bagi wanita, friendzone ini adalah wilayah aman di mana dia bisa berhubungan sama kamu, menghabiskan waktu sama kamu, atau mungkin jalan sama kamu, tanpa ada hubungan dan perasaan apapun di antara kalian.

Ada tips penting nih yang bisa membantu kalian menghindari friendzone, tentunya nggak pake cara melas atau ngenes! Biar cinta kalian sampai ke gebetan tanpa harus terperangkap “zona nyaman” cewek.

Bersikap Seperti “Lelaki”


Mau ngajak main gebetan? Jangan ragu-ragu dan jangan tanya gebetan untuk menentukan tempatnya. Saatnya kamu yang memimpin! Ajak dia ke tempat yang kamu inginkan dan beri tahu alasannya. Seperti, “Ada festival music nih, tonton yuk!”, atau “Weekend ada acara? Ke tempat ini yuk!”.

Jangan tunggu lama-lama respon darinya. Karena, wanita yang suka padamu nggak akan berpikir panjang untuk menyetujui ajakanmu. Jadi, kalau nggak merespon, alihkan pembicaraan ke topik lain.

Keluar dari Comfortzone


Contoh sederhana dari comfortzone adalah ketika ingin bermain bersamanya dan teman-temannya pun ikut. Usahakan agar gebetan nggak membawa sahabatnya saat bermain bersamamu, agar dia tahu kalau kamu hanya ingin berdua saja. Tapi, jika memang terpaksa harus bersama teman-teman, mengobrolah bersamanya saat dia sedang sendiri.

Tunjukkan bukti-bukti kalau kamu memang hanya ingin berdua saja dengannya. Biarkan wanita menebak maksud dari tindakanmu itu.

Jangan Bersikap Sebagai Teman


Daripada mendengarkan curhatnya terus menerus atau bertindak sebagai layaknya teman, coba bahas hal lain seperti film kesukaan atau rencana menghabiskan liburan nanti. Sebab, pria sendirilah yang nggak sadar kalau sudah masuk Friendzone karena salah bertindak.

Treat Her Like A Girlfriend


Perhatian yang lebih? Nggak, bukan seperti itu, bro. Yang dimaksud adalah sikapmu yang memperlakukannya bak pacar kamu sendiri. Contohnya, bertanya kabar sepulang kuliah, memuji penampilannya, atau menggenggam tangannya saat sedang jalan.

Tapi ingat ya, jangan berlebihan. Cukup sewajarnya, tapi bermakna di hatinya!

Membuatnya Merasa Istimewa


Saat PDKT, kita boleh memberikan sesuatu padanya. Tapi, pria mainstream akan ngasih boneka, bunga atau coklat, atau hadiah lain yang membuatnya merasa senang tapi nggak nangkap maksud PDKT-mu.

Berikanlah sesuatu secara personal, nggak perlu mahal dan nggak perlu sering-sering. Cari tahu barang yang dia butuhkan atau dia pakai sehari-hari. Kamu harus kreatif namun hati-hati. Ingat, jangan lakukan cara pria mainstream yang disebutkan. Karena, salah-salah dia malah nggak menangkap maksud hatimu. Semua akan jadi sia-sia.

Jangan sampai terjebak friendzone, ya bro! Satu lagi, jika memang gebetan nggak nangkap maksud hatimu atau dia memang nggak suka denganmu, jangan dilanjutkan lagi PDKT-nya, Ok?