Thursday, 27 November 2014

MAMA


Halo Ma,
Apa kabar?
Ah, rasanya ganjil sekali melontarkan itu. Kita satu rumah, namun jarang kutanyakan kabarmu. Anak macam apa aku ini. Makanan yang kau sediakan di atas meja tak lantas membuatku peduli kabarmu setiap hari. Maaf ya, Ma.

Ma,
Mungkin kita jarang berbicara. Saat membuka mulut pun ketika aku perlu dengan dirimu saja, yang berakhir dengan adu argumen. Rasanya susah sekali menahan diri. Apapun yang ada di kepala, aku lontarkan semua. Begitu terucapkan, aku hanya bisa menyesal.
Mama mungkin sudah biasa. Menghadapi ego dan kesoktahuan anaknya. Dari dulu, pikirmu. Tidak apa-apa. Engkau tersenyum, dan tersenyum saja.

Mamaku yang cantik,
Apa aku boleh bertanya? Bagaimana bentukku saat aku keluar dari rahimmu? Aku penasaran, Ma. Hanya bisa kubayangkan sakitnya. Dari situ pikiranku melanglang: ketika 9 bulan membawaku, hal-hal ganjil apa saja yang kulakukan terhadapmu? Bagaimana perasaanmu ketika tahu rasa sakitmu sebagai ibu tak hanya kau derita saat melahirkan saja? Dari situ aku bisa mengerti, betapa sabar dirimu selama ini.

Tapi harus kuakui. Kadang memang aku heran pada sikapmu. Mama pernah marah-marah ketika aku main ke luar rumah sampai jam 12 malam. Mama sibuk meneleponku untuk pulang.

Aku tahu Mama takut terjadi apa-apa denganku di jalan. Tapi tenanglah, Ma. Aku pasti bisa menjaga diri. Bukankah Mama sendiri yang mengajarkan aku untuk berani? Mungkin memang sulit Mama percayai, tapi aku sekarang sudah besar. Sudah tahu bagaimana melindungi diriku sendiri di jalan. Mama ingat pernah menasihati supaya aku pandai berteman? Nah, kini aku punya teman-teman yang bisa kuandalkan ketika aku pulang terlalu malam.

Ma, sebenarnya ada banyak hal yang ingin kusampaikan. Tapi aku terlalu malu untuk mengatakannya langsung. Aku takut melihatmu menangis. Aku tidak tahan melihat air matamu keluar. Apalagi ketika aku harus pergi ke tempat yang jauh dari rumah.
Saat aku hendak berkelana sementara, Mama membuktikan perhatian dengan mempersiapkan barang bawaan untukku. Sayangnya, terkadang aku sendiri bingung barang-barang itu harus aku apakan.

“Ini mama siapin selimut. Bawa ya!”
“Aduh, ntar beli aja di sana. Berat tauk ma!”

Aku masih ingat itu. Aku menolak barang-barang yang sudah kau siapkan untukku. Hanya ketika mau berangkat, aku mengangkutnya ke bagasi. Dengan berat hati.
Namun saat jauh, aku rindu padamu. Ah…Untunglah ada barang-barang ini. Kupeluk saja selimut yang Mama siapkan. Aku tidak jadi kedinginan.

Ma,
Bolehkah aku bertanya tentang impianmu saat muda dulu? Ketika umur 5, 10, atau seumurku, cita-cita apa yang sebenarnya Mama gantungkan? Dokterkah, layaknya anak-anak pada umumnya?

Maaf ya Ma, gara-gara aku, Mama harus bekerja 2 kali lebih keras dari seharusnya.

Ya,
Aku melihatmu sebagai seorang pekerja keras. Bahkan tugas-tugas rumahan sebenarnya menyedot banyak tenaga dan waktu luang. Pagi-pagi sekali, Mama harus bangun untuk memasak sarapan. Selanjutnya, Mama harus menyiapkan sarapan untuk diriku. Mama harus berbelanja agar di rumah ada yang bisa dimakan.

Mama juga banyak bertanya. Pertanyaan Mama pun sebenarnya selalu sama: “Sudah makan belum?”, “Sudah sholat?” Kalau aku menjawab “belum”, nada bicaramu langsung berubah dan sifat cerewetmu mulai keluar. 

Ma, wajahmu mulai menua. Mulai ada keriput disana, membuatku sadar ragamu tidak sekuat dulu. Penyakit mulai mengerogoti tubuhmu. Aku pun pernah harus melihatmu terbaring di atas tempat tidur. Tapi kau malah tetap tersenyum dan menanyakan apa aku sudah makan.

(Ma, tenang! Aku sudah makan!)

Izinkan aku mengatakan sesuatu yang belum sempat kusampaikan langsung. Aku tidak tahu kapan kita akan berpisah. Ada saatnya, aku akan mengantarkanmu ke tempat peristirahatan terakhirmu. Atau mungkin saja Mama yang mengantarkanku. Apapun akhirnya, akan ada saat dimana kita berdua harus rela. Kapanpun itu, hanya Yang Disana yang tahu. Aku hanya ingin mengingat bahwa kita pasti kembali bertemu.
Mama, Ibu, Ibundaku…

Terima kasih sudah memutuskan memilikiku. Terima kasih sudah memperkenalkanku pada dunia. Terima kasih sudah mengajarkanku apa arti perjuangan.
Maafkan anakmu ini yang selalu membuatmu was-was, yang selalu bertindak semrawut …ah!

Aku hanya bisa berharap untuk terus bisa memberikan yang lebih baik lagi untukmu. Secerewet apa pun dirimu, Mama tetap wanita nomor satu bagiku.
Aku tidak bisa memilih siapa yang menjadi ibuku. Mama pun tak tahu anak seperti apa yang akhirnya lahir dari rahim Mama. Tuhan yang mempertemukan kita.

Aku bersyukur bisa berkenalan dengan Mama. Tersenyumlah, Ma, :)


Monday, 24 November 2014

2 Hal Ini (Mungkin) Belum Kamu Lakukan Saat Putus Cinta



Diputusin sama seseorang yang selama ini menemani kamu hampir di setiap waktu? Rasanya memang menyakitkan, ya, Guys. Berharap bisa bersanding bersama dia di pelaminan, tapi justru dia yang malah “mendepak” kamu ke ujung dunia untuk jauh-jauh dari dia. Mengatakan kalau kamu bukan pria yang tepat untuk dirinya. Sakit, apalagi jika selama ini kamu masih berharap dengannya, pasca dia memutuskan kamu hampir 3 bulan yang lalu. 
Beragam respons yang pria lakukan saat putus cinta. Ada yang langsung pergi mabuk-mabukan dengan teman, ada yang menyendiri dan hilang kabar, atau ada yang travelling keliling dunia dengan main Get Rich. Rasanya respons-respons tersebut sangat sah dan wajar, selama hal tersebut dilakukan tidak berlarut-larut, apalagi sampai merugikan diri sendiri. Atau ada lagi sebuah respons yang sangat membuat memalukan bagi kaum pria: memohon-mohon saat tahu wanitanya meninggalkan dia untuk pria lain. Kamu berharap bisa kembali merajut kisah cinta bersama dia. Kamu berharap bisa mengulang dan memperbaiki kesalahan yang dulu. Hal itulah yang membuat kamu terkubur dalam lubang  menyakitkan. Guys! Berhenti lakukan hal-hal konyol seperti itu! Saat wanita sudah “mendepak” kamu dari hidupnya, itu adalah tanda yang sangat jelas bahwa DIA NGGAK MENGINGINKAN KAMU LAGI. Sikap dia yang mana yang masih nggak kamu mengerti bahwa dia berharap kamu tak menganggu dia lagi?

Mungkin banyak tips putus cinta, cara untuk move on, kegiatan apa yang harus dilakukan di saat berpisah dengan pasangan, dan artikel-artikel lain yang berkaitan dengan putus cinta yang sudah kamu baca. Namun, jika kamu masih saja membaca artikel ini, menujukkan bahwa kamu masih saja mengalami hal di atas. Kamu masih sulit move on, terbayang dengan masa lalu sehingga berapa banyak artikel yang kamu baca, nggak akan pernah cukup. Jangan khawatir, di antara banyak artikel tentang move on dan putus cinta, mungkin kamu belum melakukan 2 hal di bawah ini.

Berhenti untuk Menganggap Dia Wanita yang Sempurna
Jika kamu masih memandang handphone dan harap-harap cemas melihat namanya muncul di layar, kini berhenti lakukan hal konyol itu dan letakkan handphone sejauh mungkin. Jika dulu kamu berpikir dia sempurna, kini saatnya buang-buang pikiran itu. Jika dia sudah meninggalkan kamu, maka dia bukan wanita yang sempurna untuk kamu.  Mau dia adalah wanita paling manis dan pintar sedunia,kek. Mau dia adalah chef terbaik untuk dirimu, kek. Mau dia jago di atas ranjang, kek. Mau dia wanita yang paling mengerti kamu, kek. Tetap saja dia adalah "MANTAN" kamu. Berhenti untuk berpikir bahwa dia sempurna, Guys. Si wanita juga memiliki cela,kok. Dia kan yang biasa merengek minta antar-jemput saat kamu lelah? Dia kan yang suka marah-marah sendiri saat PMS? Dia kan yang suka mengatakan terserah berulang-ulang sampai kamu kesal? Dia kan yang selalu tak bisa menghargai usaha kamu sampai menurutnya kamu tak pernah benar? Dan dia kan yang memiliki sikap kenak-kanakan,insecure, cemburuan, sampai melarang-larang kamu? Itu membuktikan bahwa dia nggak sempurna.

Benahi Ego!
Kami sadar betul bahwa pria memiliki ego yang tingggi. Mungkin saja sihkamu merasa sakit hati bukan karena kamu ditinggalkan dia atau masih sayang sama mantan pacar. Melainkan, lebih ke ego yang terluka. Kamu sakit hati karena selama ini kamu dibutuhkan oleh si wanita. Kamu merasa dicintai sama si dia. Kamu merasa superior yang bisa mendepak banyak wanita dulunya, sayangnya hal tersebut dilakukan terlebih dahulu oleh pasanganmu sendiri.
Kamu merasa hancur. Ego kamu terluka. Kamu nggak percaya diri. Kamu merasa nggak dibutuhkan lagi sama siapa pun. Wanita yang (mungkin) tergila-gila dengan kamu dulu, yang akan lakukan apa pun asal kamu nggak marah, yang mau mengikuti apa katamu, kini berbalik arah dan membuang kamu seperti orang yang tak diinginkan lagi. Makanya, nggak jarang banyak pria justru membalaskan dendam kepada wanita lain. Mereka yang sakit hati akan mencari banyak wanita dan bebas memainkan mereka. Menjadikan banyak wanita sebagai pasangannya kemudian membuang satu per satu. Menurut mereka, nggak masalah jika harus menyakiti wanita lain, yang penting ada kepuasan sendiri. Sayangnya jika kamu lakukan itu, justru akan membuat kamu merasa jauh lebih sepi…dan kosong.
Maka daripada capek-capek untuk cari wanita lain, coba benahi dulu egomu yang terluka itu. Nggak perlu melibatkan wanita lain yang nggak mengerti apa pun. Bangun rasa percaya diri semaksimal mungkin. Lakukan apa pun yang kamu sukai, selama itu membuat kamu percaya diri dan tak merugikan orang. Ingat! Wanita bisa jatuh cinta hanya karena kepercayaan diri seorang pria. Itu menujukkan sisi berkualitas kalian.


Jangan Bahas Masalah Keuangan Saat Kencan


Memang benar bahwa kencan pertama merupakan hal yang sangat penting dalam proses PDKT. Kencan pertama memang bisa berakhir baik atau malah sebaliknya. Harus ada sikap waspada dan trik yang cerdas agar kamu nggak terjebak dan gagal dalam kencan pertama. Bagaimana caranya? Salah satunya adalah tidak bermain-main dengan hal yang sensitif, seperti masalah keuangan dalam hal apa pun saat kamu masih baru kenal.

Topik Pendapatan
Mungkin kamu terkesima sekaligus bingung saat pertama dia menjemput kamu kencan, Ladies. Kereta untuk menjemput kamu, bermerek terkenal dengan harga yang tak murah, jam tangannya dengan merek mahal yang sudah menjangkau jutaan rupiah. Kamu bingung apa sebenarnya pekerjaannya dan berapa pendapatan yang dia peroleh setiap bulannya. Namun, sebaiknya simpan dalam hati. Nggak perlu kamu pertanyakan hal itu langsung ke dia. Topik penghasilan adalah hal yang tabu untuk dibicarakan, apalagi kalian baru mengenal. Jangan sampai si dia memberikan cap negatif, Ladies.

Minta Dibayarkan
Pria tahu, kok, kalau etika saat kencan pertama memang mereka yang semestinya membayarkan tagihan makan. Namun, bukan berarti kamu bisa meminta terang-terangan ya Ladies. Sebagai wanita yang mandiri, justru kamu juga mesti inisatif dalam hal tagihan—apalagi jika hubungan kalian berlanjut ke depannya.

Mengeluarkan Banyak Uang
Ini berlaku baik untuk wanita ataupun pria: jangan pernah menghamburkan uang hanya untuk PDKT atau kencan dengan seseorang yang baru kamu kenal. Apa pun motivasimu, menghamburkan dan jor-joran dalam mengeluarkan uang tak akan membuat dia terkesan dengan kamu. Jika kamu pria, sikap tersebut hanya membuat dia merasa kamu sedang memperdaya dan menyogoknya. Jika kamu wanita, kamu akan dianggap sebagai wanita boros. Makanya sebaiknya simpan uang kalian dan keluarkan untuk keperluan yang wajar. Jadi, jika kamu ditolak pun, kamu nggak akan merasa rugi karena investasimu memang tak seberapa.

Tak Menggunakan Voucher
Seorang teman saya yang pernah kencan dengan pria yang dikenalnya, cerita dan memutuskan untuk tidak melanjutkan PDKT ke tahap yang lebih lanjut, hanya karena si pria membayar makanannya dengan sebuah voucher. Waktu itu, memang si pria yang menentukan tempat makan untuk kencan mereka. Namun, baru diketahui bahwa si pria membayarnya dengan sebuah voucher. Sebuah voucher, kartu discount, dan makanan gratis saat kencan memang bisa membuat beberapa orang ilfeel. Memang sih mungkin saja voucher tersebut memang kamu beli. Namun, mengeluarkan voucher saat kencan adalah ide yang buruk. Lebih baik simpan voucher untuk diri kamu sendiri, ya.

Sunday, 23 November 2014

Saat Wanita Bilang "Aku Sudah Punya Pacar"



Ada sebuah skenario di mana suatu hari kamu sedang pergi ke mall. Tujuan utama kamu adalah bertemu dengan wanita-wanita cantik yang ternyata kamu lihat berada tepat tak jauh dari kamu. Kamu berjalan mendekatinya dan mengenalkan diri. Semuanya memang tampak sempurna karena dia menerima kehadiran kamu. Mengobrol panjang lebar, tertawa bersama, dan sesekali memuji penampilan satu sama lain. Kamu merasa mendapatkan lampu hijau. Hingga di ujung percakapan, di saat kamu meminta kontaknya, dia berkata, I have a boyfriend.

Skenario kedua tak jauh berbeda atau bisa dikatakan kelanjutan dari skenario pertama. Kamu dekat dengan wanita yang dikenal di mall. Hubungan kalian nggak sebatas berjabat tangan di mall. Sudah bertukar nomor, saling mengenal satu sama lain. Saking asyiknya, kamu sebagai pria lupa bertanya, “Sudahpunya pacar atau belum?” Karena mendapatkan kesempatan untuk kencan sama dia dua kali dan sepertinya ada lampu hijau, di kencan ketiga inilah kamu akan mengatakan komitmen kamu dengannya. Sayangnya, si wanita justru mengatakan kalau dia sudah punya pacar.

Dua skenario tersebut mungkin masih dialami beberapa pria. Entah dia mengatakan sudah punya pacar di saat awal perkenalan atau bahkan saat kamu mengatakan komitmen setelah beberapa minggu kenal dekat. Alasan Aku sudah punya pacar mungkin terdengar klasik bagi beberapa pria. Bahkan nggak jarang, pria mengartikan kalimat tersebut dengan ribuan makna. Padahal alasan wanita mengatakan itu cukup jelas: DIA NGAK SUKA SAMA KAMU.

Saat wanita mengatakan Aku sudah punya pacar, tergambar jelas bahwa dia memang nggak ingin memiliki komitmen dengan kamu atau mungkin dia memang benar-benar memiliki pacar. Ada juga kemungkinan sih, bisa saja dia berbohong dan kenyataannya memang sedang single, tapi kalimat tersebut menggambarkan jika kamu sedang tidak beruntung untuk mendekati dia. Kalimat itu juga bukan sebuah tes untuk melihat seberapa keras dan gigihnya kamu menginginkan Si wanita,  it just means she’s not interested in a romantic relationship.

Lalu apa yang dia inginkan? Dia secara nggak langsung ingin memberitahu bahwa dia sedang mencari teman dan kamu salah satu targetnya (Oops! Atau mungkin korbannya). Keputusannya memang ada di tangan kamu, menginggalkan atau tetap berteman dengan si wanita. Nggak masalah kok jika tetap berteman, apalagi jika kamu belum memiliki rasa sayang sedikit pun, nggak masalah juga selama kamu nggak mencoba memengaruhi dia untuk putus sama pasangannya. Apalagi jika kamu memiliki kesempatan untuk bisa dikenalin dengan temannya yang tak kalah cantik dari dia. Namun, jika memang kamu masih ngarep, it’s time to forget about this girl, Guys!

Saturday, 8 November 2014

Ada Yang Marah nggak nih ???


Ladies, coba ingat-ingat, apa saja pesan teks paling BASI yang pernah kamu terima dari gebetan kamu?

Lagi apa?
Udah makan? Makan apa?
Udah mandi?
Selamat Pagi, Siang, Sore, Malam.
Jangan lupa jaga kesehatan, ya.

Dan yang paling standar dan dianggap basi adalah…

Kalau aku BBM, ada yang marah nggak nih?
                               ATAU
Kalau aku SMS, ada yang marah nggak nih ?

Kalau aku SMS, ada yang marah nggak nih? Merupakan bentuk pesan teks yang dianggap wanita paling basi dan malas untuk dijawab, tetapi penting bagi pria.
Jelas kamu tahu apa maksud dari si pria bertanya seperti itu. Jelas sekali jika memang dia tertarik sama kamu dan ingin memiliki status dengan kamu. Namun, jika dia adalah pria yang baru mengenal kamu dan tak tahu seluk-beluk percintaan kamu, wajar dan penting bagi mereka untuk bertanya seperti itu. Jadi, saat pria mengirim pesan teks dengan pertanyaan setipe kamu nggak perlu sebal atau mengajaknya bercanda. Jawabanmu penting. Katakan jika memang kamu sedang tak punya status apa pun. Katakan pula yang sejujurnya jika memang kamu menjalin hubungan dengan pria lain. Jangan menjadi wanita yang MENYEBALKAN dengan tetap mempertahankan “fans-fans” di saat kamu memang tak tertarik dengannya.

Begitupun dengan pria. Meskipun pertanyaan seperti itu sangat basi bagi wanita, bukan berarti kamu mengabaikan pertanyaan penting seperti itu. Mengapa? Dengan bertanya apakah ada yang marah atau bahkan blak-blakan dia punya pasangan atau tidak, kamu terhindari untuk membuang-buang waktumu yang berharga.
Coba bayangkan bagaimana jika saat kamu sedang dekat dengan wanita, berkali-kali bertemu untuk nonton atau makan. Namun, saat kamu mengatakan ketertarikan kamu ke dia, si wanita justru menolak kamu dengan alasan dia punya pacar. Buang-buang waktu bukan?

Itulah pentingnya bertanya semacam itu. Memang sebaiknya tak bertanya secara frontal. Namun, perkataan seperti ini, “Kamu udah pernah pergi ke LHOKSUKON belum? Apa? Belum? Emang pacar kamu nggak ajak kamu untuk pergi ke tempat sebagus itu?”—kamu bisa mendapatkan jawaban. Mungkin dia akan menjawab, “Hahaha ngaco deh. Pacar dari mana? Nggak punya pacar,” atau “Emang bagaimana sih tempatnya? Pacar aku jarang banget ngajak jalan, nih.”

Good luck, Guys!